Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hari Buruh Telah Berubah Menjadi Hari "Asal Bukan Jokowi"?

1 Mei 2018   18:46 Diperbarui: 1 Mei 2018   19:19 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(jatim.tribunnews.com/Didik Mashudi)

Dalam pemahaman saya , sejatinya Hari Buruh,1 Mei atau Mayday adalah untuk mengenang dan memperingati perjuangan heroik para buruh di Amerika Serikat, tepatnya di Haymarket Chicago.

Disebut perjuangan heroik karena kaum buruh berhasil memaksa para pengusaha untuk memberi hak pada buruh untuk bekerja hanya delapan jam sehari dari yang sebelumnya sekitar 10-12 jam.

Peristiwa tersebut sekaligus juga mengingatkan siapapun,  bahwa buruh tidak hanya semata mata bahagian dari alat untuk menghasilkan sesuatu tetapi lebih dari itu ,buruh juga merupakan sebuah kekuatan yang tidak hanya merupakan bawahan atau suruhan si pemilik modal.

Kalau dilihat secara terpisah terpisah,seorang buruh yang datang dan bekerja di pabrik adalah seorang manusia yang tidak berdaya.Ia adalah seorang manusia yang lemah yang demi kelangsungan hidupnya dan keluarganya ia harus manut terhadap semua titah yang dikatakan oleh para pemilik modal.

Tetapi peristiwa di Haymarket itu telah menyadarkan buruh dan juga menggentarkan pengusaha bahwa pribadi pribadi yang " lemah" itu ternyata ketika mereka bersatu bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan besar.

Salah satu senjata ampuh yang dimiliki buruh adalah " mogok massal" atau aksi pemogokan.Apabila buruh menggunakan senjata pamungkasnya ini maka pabrik pabrik bisa lumpuh bahkan layanan umum pun bisa terganggu.

Oleh karena buruh merupakan sebuah kekuatan besar maka buruh pun sadar bahwa akan ada terus menerus hak yang harus diperjuangkan, sebutlah misalnya hak hak normatip buruh.Dengan pemenuhan hak hak yang demikianlah buruh dan keluarganya bisa hidup dengan layak.

Karenanya dalam pandangan saya peringatan Hari Buruh adalah medium untuk terus memperjuangkan peningkatan kesejahteraan buruh.
Tentulah dalam memperjuangkan haknya untuk hidup layak itu sangat penting arti dan peran pemerintah.

Pemerintah melalui power yang dimilikinya dapat menekan pengusaha agar memerhatikan hak hak buruh .Apabila perlu ,pemerintah dapat " memaksa" pengusaha untuk mengurangi laba perusahaan yang kemudian laba yang dikurangi itu dialokasikan sebagai dana untuk peningkatan kesejahteraan buruh.

Dalam konteks yang demikianlah Hubungan Perburuhan Pancasila yang kita kenal dengan lembaga tripartitit ,yaitu pemerintah ,pengusaha dan buruh duduk bersama membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan hak hak normatip buruh.

Dengan kondisi yang demikianlah pemerintah,pengusaha dan buruh duduk bersama membicarakan besaran Upah Minimum Regional ( UMR).
Sepanjang yang terpantau musyawarah penentuan besaran UMR itu berjalan dengan baik.

Pada peringatan Hari Buruh adalah sangat wajar apabila buruh menyampaikan protes ataupun ketidak setujuannya tentang berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan perburuhan.

Hal yang menonjol sekarang ini berkaitan dengan pembicaraan masuknya Tenaga Kerja Asing ( TKA ) asal Tiongkok.Walaupun pemerintah dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja telah memberi penjelasan tentang hal ini tetapi kelihatannya publik merasa keterangan tersebut tidak memberi gambaran yang sebenarnya.

Menurut Menaker jumlah TKA asal Tiongkok sekarang ini berkisar pada angka 24.800  orang .Tapi masyarakat meyakini jumlah TKA asal Tiongkok itu jauh lebih besar dari yang dipaparkan pemerintah itu.Dugaan masyarakat itu ditopang oleh investigasi Ombudsman RI yang menyatakan jumlah TKA asal Negara Tirai Bambu itu jauh lebih besar dari yang diumumkan Menaker.

Hal lain yang menjadi sorotan buruh pada Hari Buruh tahun ini berkaitan dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Selain itu buruh juga memperjuangkan dihapuskannya tenaga outsourcing,diangkatnya tenaga honorer guru dan tenaga honorer lainnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sesungguhnyalah semua yang diperjuangkan buruh itu sesuatu yang normal. Tetapi pada hari buruh tahun ini terlihat ada nuansa lain.

Beberapa organisasi buruh tidak hanya sebatas memperjuangkan kepentingan buruh semata tetapi sudah masuk ke ranah politik praktis.
KSPI atau Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia dibawah pimpinan Said Iqbal ,hari ini Selasa ,1 Mei 2018 ,sekitar pukul 14.30 Wib bertempat di Istora Senayan telah mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai capres pada pilpres 2019.

Selain KSPI ada lagi organisasi buruh yang memasuki ranah politik praktis. Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Indonesia ( FSPASI) ,hari ini disekitar Istana membentangkan spanduk besar dan panjang yang berisi kalimat " Kami Pastikan Tidak Pilih Jokowi". Diberitakan juga pada aksi itu terbentang #2019 Ganti Presiden.

Dari kacamata demokrasi hal hal yang mereka utarakan itu adalah hak setiap warga negara. Tetapi tidak salah juga kalau mengatakan sebahagian organisasi buruh telah bermain dalam dukung mendukung calon presiden serta telah menunjukkan sikap politiknya pada peringatan hari buruh tahun ini.

Salam Demokrasi!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun