Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Inang-inang" Potret Perempuan Tangguh dari Medan

21 April 2018   04:08 Diperbarui: 21 April 2018   04:30 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Para " Inang Inang " itu masih banyak juga yang mengunyah sirih  sehingga bibirnya kelihatannya memerah. Secara umum usia mereka berada pada umur 50 tahun.Banyak diantara mereka yang wajahnya kelihatannya mulai keriput karena setiap hari disengat sinar matahari.
Umumnya mereka berjualan pada lapaknya itu sampai lewat tengah hari.

Lalu dengan pakaian sederhana dan kadang kala terlihat lusuh itu adakalanya mereka sesama pedagang kecil itu sering juga ngobrol.
Tentu sudah dapat diduga yang mereka obrolkan berkaitan dengan harga tomat,kacang panjang ,cabe dan juga kol.

Tetapi kalau diperhatikan ada hal yang menarik tentang materi yang mereka obrolkan itu.Ternyata mereka sering berbicara tentang anak anaknya yang sedang kuliah.Tidak jarang berhamburan dari kata kata mereka nama beberapa perguruan tinggi terkemuka di negeri ini.

Ketika mendengar pembicaraan yang demikian akan menyembul rasa bangga dan haru dalam hati kita.
Mereka yang mulai pagi yang dingin sampai siang hari yang terik berada di lapaknya rupanya didorong oleh sebuah motivasi yang luar biasa : menyekolahkan anak anak.

Bertahun berada di lapak itu membuatnya " betah" karena untuk menyekolahkan anak anak yang dibanggakannya.
Memang untuk masyarakat Batak,pendidikan untuk anak anak adalah sesuatu yang sangat penting.Para orang tua rela berjuang dan berkorban agar bisa menyekolahkan anak anaknya.

Sikap masyarakat Batak yang mengutamakan sekolah anak anaknya itu dengan bagus didendangkan oleh Nahum Situmorang salah seorang komponis atau pencipta lagu lagu Batak yang legendaris.

Dalam lagunya yang berjudul " Anak kon ki do hamora on di au" yang arti bebasnya ,anakkulah yang paling berharga untukku itu ia menyatakan walaupun ia tidak punya jam tangan ,tidak punya berlian tapi dia tidak risau asalkan anaknya " ikkon do sikola satimbo timbo na ,sittap na lobas gogokki". Dia tidak risau tidak punya jam tangan asalkan anaknya bisa sekolah setinggi tingginya.

Virus semangat untuk menyekolahkan anak anak yang demikian itu jugalah yang masuk ke tulang sumsum " inang inang " itu. Para " inang inang " itu ,diatas lapak yang didera matahari itu tidak akan menyerah ,terus berjuang untuk menyekolahkan anak anaknya.

Hari ini 21 April,pada Hari Kartini ini bangsa kita akan merayakannya dengan berbagai cara .Dapat dipastikan sebahagian perayaan itu dilaksanakan di ruang sejuk ber Ac.

Tapi hari ini ,para " inang inang " itu tetap berada di lapaknya ,dalam sengatan matahari. Mereka juga telah memberi arti dan mungkin juga bercerita kepada kita bahwa mereka adalah juga bahagian dari potret perempuan Indonesia yang tangguh.

Selamat memperingati Hari Kartini.
Salam Persatuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun