Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Semakin Terbuka Balas "Kritikan" Prabowo

7 April 2018   19:03 Diperbarui: 7 April 2018   19:35 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memanglah tahun ini dan tahun 2019 merupakan tahun politik.Suasana saling lontar kritik antar tokoh tokoh bangsa bersileweran di media dan di media sosial.Kalau disimak ,saling kritik itu bertumpu pada dua poros ,yakni Jokowi dan yang tidak senang Jokowi.
Karenanya setiap kritik yang ditujukan kepada Jokowi akan dibahas dan kemudian dilakukan serangan balik oleh para pendukung mantan Walikota Solo itu.

Sesungguhnya untuk pendidikan politik saling kritik itu bagus sepanjang berbasis argumentasi yang kuat.Dengan kritik tersebut wawasan dan pandangan masyarakat semakin terbuka sehingga memberi pengetahuan yang cukup bagi anggota masyarakat untuk nantinya memberi pilihan pada Pilpres.

Akhir akhir ini terlihat tidak hanya kelompok pendukung Jokowi yang memberi tangkisan terhadap semua kritik yang ditujukan kepada mantan Gubernur DKI itu tetapi Jokowi juga langsung memberi tanggapan.

Seperti diketahui dalam bulan Maret yang lalu ada 2 tokoh yang menyampaikan kritik yang cukup keras juga.
Pertama ,Amien Rais yang menyebut pemberian sertifikat tanah oleh Jokowi kepada masyarakat merupakan tindakan pengibulan ke masyarakat dan kedua ,pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia bubar tahun 2030.

Terhadap kritik yang disampaikan Amien Rais ,seolah seolah telah dijawab dan dijelaskan Jokowi  pada Rapat Pimpinan Nasional ( Rapimnas) Partai Perindo tanggal 21 Maret 2018 yang lalu di Jakarta.

Sekedar mengingatkan ,Jokowi menyatakan bahwa ia sangat menghargai kritik sepanjang kritik tersebut disampaikan berbasis data.
Tetapi menurut Jokowi ,tidak semua yang disampaikan itu merupakan kritik yang membangun.

Bahkan mantan Gubernur DKI itu menyebut yang disampaikan itu sesungguhnya bukan kritik tetapi ucapan  yang  berupa: mencela,mencemooh,nyinyir ,menghujat ,fitnah dan menjelek jelekkan.

Kemudian tentang ucapan Prabowo yang menyebut Indonesia Bubar tahun 2030 ,Jokowi juga menyatakan sikapnya.
Kompas.com ,7/4/2018 dalam berita yang bertajuk ," Presiden Jokowi : Jangan Bicara Pesimis 2030 Bubar" ,mengutarakan Presiden Joko Widodo mengkritik pemimpin yang sering melontarkan pernyataan bernada pesimistis.

" Jangan kita bicara pesimis 2030 bubar !. Pemimpin itu harus memberi optimisme kepada rakyatnya", ujar Jokowi dengan suara lantang dalam pidato pada acara Konvensi Nasional 2018 kelompok relawan di Bogor Jawa Barat ,Sabtu ( 7/4/2018).

Pada kesempatan tersebut Jokowi mengatakan juga ,pemimpin itu harusnya memberikan semangat kepada rakyatnya ,meskipun tantangan sangat berat.

Mantan Gubernur DKI itu selanjutnya meyakinkan bahwa Indonesia kini justru sedang bergerak ke sebuah titik terang.
Walaupun tidak menyebut nama tetapi jelaslah yang dimaksud Jokowi adalah Prabowo Subianto karena mantan Pangkostrad itulah yang melontarkan ke publik adanya ramalan bahwa Indonesia Bubar tahun 2030.

Kalau disimak ,memang benarlah yang dinyatakan Jokowi ,bahwa pemimpin itu harus memberi optimisme kepada rakyat dan bukan menebarkan pesimisme. Salah satu fungsi pemimpin adalah memberi Spirit atau semangat kepada yang dipimpinnya.

Andainya ada satu grup pendaki gunung dan kemudian pimpinan grup itu menyatakan ,medan yang akan kita lalui sangat berat dan saya ragu apakah kita akan dapat melewatinya .Mendengar perkataan yang demikian dapat dipastikan semangat tim akan menurun dan kemungkinan besar grup itu tidak akan berhasil mendaki gunung itu.

Selanjutnya layak juga muncul pertanyaan mengapa Jokowi sekarang ini lebih terbuka membalas serangan atau kritikan yang ditujukan kepadanya?,

Mungkin lama kelamaan Jokowi merasakan kalau ia terus diam dan tidak bereaksi terhadap kritik yang ditujukan kepadanya bisa saja publik menganggap kritikan yang disampaikan itu mengandung kebenaran.Tetapi dengan membalas kritikan maka masyarakat punya bahan untuk menilai kritik yang dilontarkan.

Kemungkinan berikutnya ,Jokowi mulai gerah dengan berbagai kritikan yang disampaikan apalagi kritik tersebut tidak proporsional sehingga ia merasa perlu langsung menjelaskannya.

Ketika menulis artikel ini sekitar pukul 18.45 WIB saya menonton TV dan terlihat Jokowi dengan berapi api berpidato menjelaskan agar pemimpin itu optimis dan jangan pesimis. Jokowi tentu juga merasakan bahwa serangan terhadapnya juga semakin gencar antara lain melalui Medsos yang dikenal dengan hastag # Ganti Presiden 2019.

Dengan asumsi asumsi yang demikianlah kemungkinan mengapa belakangan ini Jokowi semakin keras membalas kritikan yang ditujukan kepadanya.

Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun