Ibarat pemuda ganteng yang diperebutkan oleh banyak anak gadis rasanya seperti itu jugalah posisi Jokowi saat ini.
Bermunculan sejumlah nama ,baik yang ditawarkan maupun yang menawarkan diri untuk mendampingi mantan Walikota Solo itu pada Pilpres 2019.
Banyak yang menawarkan diri sebagai pendamping merupakan pertanda positif karena berarti seseorang itu " barang laku".Tetapi terlalu banyak pilihan juga kadang kadang menjadi beban sehingga menyulitkan dalam pengambilan keputusan.
Saya beberapa kali ketemu anak teman atau pamili yang baru lulus SMA yang kemudian mengikuti testing untuk masuk ke beberapa perguruan tinggi terkemuka dan favorit.Ternyata kemudian ia diterima di lebih dari satu perguruan tinggi .Dia terlihat bingung untuk mengambil keputusan ,perguruan tinggi mana yang akan dimasukinya.
Walaupun dalam konteks yang berbeda tapi saya punya pandangan bahwa Jokowi juga nantinya akan sedikit mengalami kesulitan untuk menentukan cawapresnya.
Sekarang ini 5 parpol sudah menyatakan dukungannya kepada Jokowi untuk maju pada Pilpres nanti.Ke 5 parpol tersebut adalah : PDIP,Golkar,Nasdem,Hanura dan PPP.
Kuat dugaan ke 5 parpol pendukung tersebut akan mencalonkan kadernya sebagai cawapresnya Jokowi.
Hanura adalah salah satu parpol yang telah menyatakan secara terbuka akan mengusulkan Wiranto sebagai pendampingnya Jokowi.
Ke empat parpol lainnya belum terbuka mengatakan siapa yang akan didukungnya sebagai cawapres tetapi dari tanda tanda yang ada sudah dapat diduga pada saatnya nanti mereka akan menyorongkan calonnya.
Golkar sebagai partai pemenang kedua pemilu 2014 diduga akan mengusulkan Airlangga Hartarto ,Ketua Umum nya sebagai wakilnya Jokowi.PDIP juga diperkirakan akan mengusung Puan Maharani sebagai RI-2.Suara suara dari internal PPP juga sudah terdengar agar Romahurmuzij ,Ketua Umumnya dilirik Jokowi.Dari kelima parpol pendukung Jokowi itu hanya Nasdem lah yang belum terlalu terbaca tentang siapa yang akan diusungnya sebagai cawapres.
Selain calon dari partai pengusung tentu Jokowi juga harus mempertimbangkan nama nama lainnya.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah parpol pendukung utama Jokowi- JK pada Pilpres 2014.Sekarang partai ini belum masuk dalam jajaran parpol pengusung Jokowi karena kelihatannya ada syarat yang diajukan oleh partai yang didirikan Gus Dur ini.Syarat itu ialah ,Muhaimin Iskandar ,Ketua Umum PKB harus menjadi wakilnya Jokowi.
Sepanjang yang terlihat Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin ini lah yang paling agresif mencanangkan dan menggalang dukungan agar Jokowi menerimanya sebagai cawapres.Cak Imin secara halus juga memberi peringatan kepada Jokowi dengan kalimatnya ,hati hati kalau salah pilih cawapres nanti bisa keok.
Cak Imin juga mengklaim partainya punya kekuatan politik 11 juta orang yang tentunya kekuatan ini tidak dapat diabaikan begitu saja.
Dari luar partai pendukung ada lagi Agus Harimurthi Yudhoyono ( AHY) ,putra sulung SBY.Walaupun baru sekitar satu setengah tahun berkecimpung dibidang politik tetapi tingkat elektabilitas nya sebagai wakilnya Jokowi cukup tinggi.
Hari hari belakangan ini muncul lagi sebuah nama baru : Mahfud Md.
Sekarang Mahfud tidak punya jabatan di partai politik tetapi namanya cukup dikenal publik.Pria kelahiran Sampang Madura ini adalah " orangnya" Gus Dur karenanyalah ia juga populer dikalangan Nahdliyin dan punya komunikasi yang baik dengan para kiai NU.
Mahfud Md juga adalah alumni Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) dan sampai bulan November 2017 yang lalu ia masih memegang jabatan sebagai Presidium Nasional Korps Alumni HMI( KAHMI).
Integritas dan idealismenya terutama dibidang penegakan hukum tidak perlu diragukan.
Dari hal hal yang dikemukakan diatas ,sekarang  ini Jokowi sekurang kurangnya sudah punya 7 tokoh sebagai pilihannya pada 2019 .
Dari sisi Jokowi tentu persyaratan yang paling dibutuhkannya dalam memilih wakil ini sekurang kurangnya memperhatikan 2 faktor yakni,1).mampu meningkatkan elektabilitasnya dan 2). nyaman dalam bekerja kalau sudah terpilih.
Cawapres yang dapat memberikan kontribusi suara yang signifikan dibutuhkan Jokowi karena sampai sekarang dari berbagai hasil survei tingkat elektabilitas nya masih dibawah 40 % sedangkan Jokowi adalah Presiden petahana.Untuk seorang petahana seyogianya tingkat keterpilihan itu harus berada pada kisaran 60%.
Kemudian figur Wapres yang harus nyaman dalam bekerja itu artinya sosok tersebut harus sesuai chemistry nya dengan Jokowi,sama sama pekerja keras,sederhana dan menjauhkan diri dari praktik memperkaya diri sendiri atau kroninya.Figur tersebut harus tahu diri sehingga mencegah munculnya " matahari kembar" dalam pemerintahan.
Selain kedua hal tersebut ada lagi faktor subjektivitas .Saya percaya unsur subjektivitas ini ada pada diri setiap orang.Tidak usah untuk mendampingi sebagai orang kedua di negeri ini sedangkan untuk pergi makan siang saja pun kita kadangkala hanya akan mengajak sosok yang benar benar sama selera nya dengan kita.
Tentang faktor subjektivitas  ini hanya Jokowi lah yang paling tahu dengan siapa ia paling nyaman bekerja.
Walaupun hal hal yang dikemukakan diatas itu sudah ada dalam pikiran mantan Gubernur DKI itu tetapi ia tidak dapat mengambil putusan sendiri.
Malahan tidak berlebihan kalau dikatakan putusan akhir tentu akan berada di tangan pimpinan partai pengusung karena koalisi partai pengusung lah yang akan mendaptarkan Jokowi dan pasangannya ke KPU pada Agustus nanti.
Kita belum tahu bagaimana mekanisme musyawarah maupun tata cara pengambilan keputusan pada internal partai koalisi dan bagaimana juga kesediaan parpol pengusung untuk mengakomodir keinginan Jokowi.
Dalam menumbuh kembangkan demokrasi di negeri ini tentu kita berharap segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik serta lahirnya sebuah keputusan yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.
Kalau semuanya berjalan sesuai dengan kaedah kaedah akal sehat maka Jokowi tentunya tidak akan bingung dalam mengambil keputusan .
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H