Cak Imin juga mengklaim partainya punya kekuatan politik 11 juta orang yang tentunya kekuatan ini tidak dapat diabaikan begitu saja.
Dari luar partai pendukung ada lagi Agus Harimurthi Yudhoyono ( AHY) ,putra sulung SBY.Walaupun baru sekitar satu setengah tahun berkecimpung dibidang politik tetapi tingkat elektabilitas nya sebagai wakilnya Jokowi cukup tinggi.
Hari hari belakangan ini muncul lagi sebuah nama baru : Mahfud Md.
Sekarang Mahfud tidak punya jabatan di partai politik tetapi namanya cukup dikenal publik.Pria kelahiran Sampang Madura ini adalah " orangnya" Gus Dur karenanyalah ia juga populer dikalangan Nahdliyin dan punya komunikasi yang baik dengan para kiai NU.
Mahfud Md juga adalah alumni Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) dan sampai bulan November 2017 yang lalu ia masih memegang jabatan sebagai Presidium Nasional Korps Alumni HMI( KAHMI).
Integritas dan idealismenya terutama dibidang penegakan hukum tidak perlu diragukan.
Dari hal hal yang dikemukakan diatas ,sekarang  ini Jokowi sekurang kurangnya sudah punya 7 tokoh sebagai pilihannya pada 2019 .
Dari sisi Jokowi tentu persyaratan yang paling dibutuhkannya dalam memilih wakil ini sekurang kurangnya memperhatikan 2 faktor yakni,1).mampu meningkatkan elektabilitasnya dan 2). nyaman dalam bekerja kalau sudah terpilih.
Cawapres yang dapat memberikan kontribusi suara yang signifikan dibutuhkan Jokowi karena sampai sekarang dari berbagai hasil survei tingkat elektabilitas nya masih dibawah 40 % sedangkan Jokowi adalah Presiden petahana.Untuk seorang petahana seyogianya tingkat keterpilihan itu harus berada pada kisaran 60%.
Kemudian figur Wapres yang harus nyaman dalam bekerja itu artinya sosok tersebut harus sesuai chemistry nya dengan Jokowi,sama sama pekerja keras,sederhana dan menjauhkan diri dari praktik memperkaya diri sendiri atau kroninya.Figur tersebut harus tahu diri sehingga mencegah munculnya " matahari kembar" dalam pemerintahan.
Selain kedua hal tersebut ada lagi faktor subjektivitas .Saya percaya unsur subjektivitas ini ada pada diri setiap orang.Tidak usah untuk mendampingi sebagai orang kedua di negeri ini sedangkan untuk pergi makan siang saja pun kita kadangkala hanya akan mengajak sosok yang benar benar sama selera nya dengan kita.
Tentang faktor subjektivitas  ini hanya Jokowi lah yang paling tahu dengan siapa ia paling nyaman bekerja.
Walaupun hal hal yang dikemukakan diatas itu sudah ada dalam pikiran mantan Gubernur DKI itu tetapi ia tidak dapat mengambil putusan sendiri.
Malahan tidak berlebihan kalau dikatakan putusan akhir tentu akan berada di tangan pimpinan partai pengusung karena koalisi partai pengusung lah yang akan mendaptarkan Jokowi dan pasangannya ke KPU pada Agustus nanti.
Kita belum tahu bagaimana mekanisme musyawarah maupun tata cara pengambilan keputusan pada internal partai koalisi dan bagaimana juga kesediaan parpol pengusung untuk mengakomodir keinginan Jokowi.
Dalam menumbuh kembangkan demokrasi di negeri ini tentu kita berharap segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik serta lahirnya sebuah keputusan yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.
Kalau semuanya berjalan sesuai dengan kaedah kaedah akal sehat maka Jokowi tentunya tidak akan bingung dalam mengambil keputusan .