Kalau sedang ke Jakarta lalu melintas di Jalan Thamrin - Sudirman, saya sering perhatikan hotel hotel mewah yang berjejer di sepanjang jalan itu. Dalam hati saya berkata, tarif kamar di hotel mewah itu pasti mahal.
Lokasinya begitu strategis, di jantung Jakarta maka yang mampu menginap di hotel hotel mewah itu adalah para orang kaya.
Seorang teman juga pernah bercerita ke saya, tarif kamar untuk satu malam di hotel-hotel tersebut paling murah pada kisaran 1 juta - 2 juta rupiah. Sebagai pensiunan PNS saya geleng-geleng kepala mendengar tarif yang demikian karena uang pensiun saya satu bulan hanya mampu membayar nyewa kamar hotel untuk 3 malam.
Sekali lagi saya menggugam dalam hati, pastilah yang menginap di hotel itu para orang kaya. Dengan gambaran tentang hotel yang demikianlah membuat saya tertarik untuk mengikuti rangkaian pemberitaan di Kompas.com yang berkaitan dengan seorang wanita yang punya inisial CW.
Dikabarkan CW beserta beberapa orang anak adopsinya sudah 10 tahun tinggal dan menyewa kamar di hotel hotel mewah di Jakarta. Kanit V SubDit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, AKP Hasiati Lawole menyatakan, CW wanita paruh baya tinggal bersama lima anak adopsinya di sejumlah hotel mewah di Jakarta Barat dan di Jakarta Pusat.
Selanjutnya dikatakannya CW bersama 5 anak adopsinya ini pernah tinggal di Twin Plaza Hotel, Slipi Jakarta Barat. Kemudian juga pernah di Hotel Menara Peninsula, juga masih di Jakarta Barat.
Terakhir CW bersama 5 anak adopsinya menyewa 2 kamar hotel di Le Meridien dengan tarif Rp 1,5 juta per malam. Berarti sewa dua kamar dalam satu malam sama dengan Rp 3 juta.
Membaca berita yang demikian maka menari-narilah pertanyaan di benak saya. Pertanyaan pertama yang muncul, siapakah CW wanita paruh baya ini. Apakah ia sudah pernah berumah tangga atau belum dan mengapa ia mengadopsi 5 orang anak yang tinggal bersamanya di hotel mewah.
Sepanjang yang saya baca dari berbagai pemberitaan yang ada maka yang disebutkan hanyalah inisial namanya CW. Inisial tersebut tidak pernah diberitakan apa kepanjangannya. Mengapa inisial nama ini tidak pernah dipanjangkan? Atau mungkin saya yang salah, sudah pernah diberitakan tapi saya tidak membaca atau mendengarnya.
Muncul lagi pertanyaan berikutnya, apa sebenarnya profesi CW ini hingga ia mampu menyewa kamar hotel mewah.
Kalaulah dalam satu malam dia harus membayar Rp 3 juta maka dalam sebulan ia harus mengeluarkan biaya Rp 90 juta dan dalam setahun pengeluarannya untuk sewa kamar hotel sudah mencapai angka Rp 1.80.000.000-,
Dengan dana yang demikian mengapa ia tidak membeli rumah untuk ditempatinya bersama anak adopsinya. Dari hitung-hitungan yang demikian jelaslah ia punya penghasilan yang besar. Atau kalau ia tidak punya penghasilan besar tentu ada orang yang membiayainya. Tetapi siapa dan untuk apa orang atau sosok yang bersedia mengeluarkan dana sebesar itu. Muncul juga pendapat apa mungkin ia punya warisan yang cukup besar.
Kalau demikian halnya muncul lagi pertanyaan tadi, siapakah dia sehingga punya harta atau uang warisan yang lebih dari cukup untuk membiayai sewa kamar hotel mewah. Andainya juga ia punya harta warisan yang cukup banyak, tetapi mengapa CW tidak membeli rumah untuk tempat tinggalnya bersama kelima anak adopsinya itu.
Mengemuka lagi pertanyaan berikutnya, apa kegiatannya sehari hari di kamar hotel bersama anak yang diadopsinya itu.
Menurut saya semua pertanyaan yang ada di benak saya itu sampai sekarang belum terjawab. Karena nya muncul juga pertanyaan di hati saya, untuk apa saya menanyakan ini semua. CW tidak saya kenal, lalu kenapa harus jadi pertanyaan saya. Jawabnya hanya satu: karena saya penasaran.
Salam hormat dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H