Sepanjang yang terbaca, popularitas Jenderal Gatot Nurmantyo termasuk yang tertinggi diantara para pejabat negara sekarang ini. Popularitasnya tersebut mulai terbangun ketika ia masih menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan Darat terutama melalui ceramah ceramahnya tentang proxy war. Dikalangan ummat Islam popularitasnya sebagai Panglima TNI  semakin meningkat ketika terjadinya Aksi Aksi Bela Islam 411dan 212.
Pada aksi aksi tersebut sebagai penanggung jawab keamanan nasional, Gatot Nurmantyo bersikap " soft" dan tidak ada memberi pernyataan yang menyudutkan aksi aksi tersebut. Selanjutnya kebijakannya menginstruksikan agar satuan satuan TNI memutar film " Penghianatan G 30 S PKI " mendapat sambutan hangat di masyarakat dan Presiden Jokowi sendiri ikut nonton bareng di halaman Makorem Surya Kencana Bogor.
Jenderal kelahiran Tegal ini semakin mendapat simpati dari ummat Islam karena dalam berbagai kesempatan ia selalu mengemukakan penghargaannya kepada para ulama berkaitan dengan jasa jasa mereka yang besar untuk kemerdekaan negeri ini. Namun banyak juga kritik yang ditujukan pada Jenderal bintang empat ini .Diantara kritik yang mengemuka antara lain menyebut ia telah masuk dan main pada tataran politik praktis  yang sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh prajurit TNI.
Terhadap tindakannya yang demikian beberapa politisi meminta agar Gatot tidak bermain di ranah politik tersebut. Tetapi sepanjang yang diketahui, Presiden Jokowi tidak pernah menegurnya tentang hal ini. Dibawah kepemimpinan Gatot,T NI muncul sebagai institusi yang dipercaya masyarakat. Kemudian pada peringatan 72 tahun TNI yang diadakan di Cilegon tahun ini terlihat antusias masyarakat yang cukup tinggi.
Prajurit TNI berbaur bersama masyarakat memeriahkan acara HUT tersebut. Semuanya ini tentu dapat dianggap sebagai bahagian dari hasil kinerja Jenderal Gatot Nurmantyo. Ternyata kemudian popularitas Gatot berimbas juga kepada bidang politik.
Hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer yang dirilis,Minggu,3 Desember 2017 menyebut pada pilpres 2019 nanti apabila Jokowi berpasangan dengan Gatot maka elektabilitas pasangan ini meraup angka 47,9 persen kontra pasangan Prabowo Subianto -Anies Baswedan dengan elektabilitas 19,4 persen. Berdasarkan hasil survei tersebut terlihat bahwa tingkat elektabilitas tertinggi justru diraih Jokowi apabila berpasangan dengan Agus Harimurthi Yudhoyono yang akan memperoleh  angka 48,6 persen.
Perbedaan angka memang sangat tipis hanya 0,7 persen. Berkaitan dengan siapa pendampingnya nanti pada pilpres tentu merupakan hak Jokowi beserta partai pengusung namun dengan tingkat elektabilitas yang demikian tidak salah juga kalau menduga bahwa Gatot tentunya termasuk salah satu figur yang masuk dalam radar pantauan Jokowi.
Sehubungan dengan telah diajukannya Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI maka wajar juga muncul pertanyaan ,apabila Gatot nanti tidak lagi menduduki jabatan yang prestisius itu apakah akan memberi pengaruh terhadap tingkat elektabilitasnya.Artinya sesudah pensiun apakah elektabilitas Gatot bergerak naik atau tetap pada angka yang sekarang atau justru turun.
Kita belum mengetahui kapan akan dilaksanakan serah terima Panglima TNI mengingat Jenderal Gatot Nurmantyo yang lahir pada 13 Maret 1960 baru akan pensiun dari TNI Maret 2018 nanti. Tetapi dari keterangan resmi yang diperoleh, Presiden menginginkan DPR sudah dapat memberi rekomendasi persetujuan pengangkatan Marsekal Hadi Tjahjanto sebelum tanggal 14 Desember 2017 yaitu sebelum DPR memasuki masa reses.
Memang sejalan dengan ketentuan konstitusi kita bahwa penghunjukan Panglima TNI adalah hak prerogatif presiden dan untuk pengangkatannya membutuhkan rekomendasi DPR yang secara teknis dibahas pada Komisi I.
Tidaklah berlebihan kalau mengatakan bahwa Panglima TNI haruslah sosok yang dikenal dengan baik dan dipercaya oleh Presiden . Â Ukuran yang demikian juga berlaku untuk Marsekal Hadi Tjahjanto yang sekarang ini memegang jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Udara ( KSAU). Hadi Tjahjanto ,sosok tampan berkumis ini dilahirkan pada 8 November 1963. Tokoh ini lulus dari Akademi Angkatan Udara pada tahun 1986.
Karirnya di Angkatan Udara cukup cemerlang. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Penerbang TNI AU tahun 1987 ia ditugaskan di Skuadron Udara 4 yang bermarkas di Lanud Abdurrachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Jabatan strategis Hadi dimulai saat ia menjadi Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarno Solo dengan pangkat kolonel pada 2010-2011.
Pada masa itu, Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo. Kemudian ia menjabat sebagai Direktur Operasi dan Latihan Basarnas pada tahun 2011 dan pada saat itulah pangkatnya naik menjadi Marsekal Pertama.Selanjutnya pada tahun 2013, Hadi menjabat sebagai Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU. Setelah menjabat sebagai Dan Lanud Abdulrachman  Saleh Malang, karirnya semakin meroket karena belum setahun dalam jabatan itu ia diangkat oleh Jokowi sebagai Sekretaris Militer Presiden, tidak lama sesudah Jokowi menjadi RI-1.
Bintang tiga diraihnya ketika kemudian ia diangkat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan. Tercatat dalam kurun waktu 3 tahun, Hadi Tjahjanto, dua kali mendapat promosi. Hanya tiga bulan menjabat sebagai Irjen Kemenhan ,Hadi pun dipilih sebagai Kepala Staf Angkatan Udara dan dilantik pada 18 Januari 2017 menggantikan Marsekal (Purn) Agus Supriatna.
Hadi dikenal sangat dekat dengan Jokowi serta dapat menangkap sejumlah kode dari Presiden. Hal ini antara lain terlihat saat peresmian pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia oleh Presiden Jokowi. Pada acara peresmian yang digelar di Lanud Halim Perdana Kusuma tanggal 10 November 2017 itu terjadi sebuah peristiwa yang berhubungan dengan seorang anak SD.
Pada acara yang dihadiri oleh puluhan anak anak SD itu ,Jokowi memberi sambutan.Ketika Jokowi akan mengahiri sambutannya tiba tiba seorang anak SD perempuan yang berdiri di barisan depan muntah . Melihat keadaan tersebut ,Jokowi memberi kode ke ajudannya tetapi ternyata KSAU yang lebih dahulu paham maksud kode itu. Dari barisan paling belakang Hadi berlari ke depan dan langsung menggendong anak yang muntah itu dan membawanya ke bagian belakang.
Ketika ditanyakan awak media kenapa ia bisa sesigap itu, Hadi menjawab ia sudah biasa membaca gerakan Jokowi. Kemampuan membaca kode atau isyarat dari Presiden tentu akan memperlancar tugas tugasnya nanti sebagai Panglima TNI. Dan begitulah adat jabatan. adakalanya diangkat tetapi ada pula saatnya untuk meninggalkan jabatan itu.
Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi Panglima TNI sejak 8 Juli 2015 dan sebentar lagi akan menyerahkan jabatan kepada Marsekal Hadi Tjahjanto.
Ada sejumlah kenangan terhadap pengabdian Gatot Nurmantyo dan nantinya Hadi Tjahjanto tentu juga akan menorehkan catatan prestasi sebagai Panglima TNI.
Gatot Nurmantyo dan Hadi Tjahjanto adalah dua sosok anak bangsa yang memberi kebanggan kepada kita .
Salam Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H