Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jenderal Gatot akan Mengakhiri Masa Jabatan, Saatnya Lebih Mengenal Marsekal Hadi

5 Desember 2017   09:31 Diperbarui: 5 Desember 2017   11:17 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepanjang yang terbaca, popularitas Jenderal Gatot Nurmantyo termasuk yang tertinggi diantara para pejabat negara sekarang ini. Popularitasnya tersebut mulai terbangun ketika ia masih menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan Darat terutama melalui ceramah ceramahnya tentang proxy war. Dikalangan ummat Islam popularitasnya sebagai Panglima TNI  semakin meningkat ketika terjadinya Aksi Aksi Bela Islam 411dan 212.

Pada aksi aksi tersebut sebagai penanggung jawab keamanan nasional, Gatot Nurmantyo bersikap " soft" dan tidak ada memberi pernyataan yang menyudutkan aksi aksi tersebut. Selanjutnya kebijakannya menginstruksikan agar satuan satuan TNI memutar film " Penghianatan G 30 S PKI " mendapat sambutan hangat di masyarakat dan Presiden Jokowi sendiri ikut nonton bareng di halaman Makorem Surya Kencana Bogor.

Jenderal kelahiran Tegal ini semakin mendapat simpati dari ummat Islam karena dalam berbagai kesempatan ia selalu mengemukakan penghargaannya kepada para ulama berkaitan dengan jasa jasa mereka yang besar untuk kemerdekaan negeri ini. Namun banyak juga kritik yang ditujukan pada Jenderal bintang empat ini .Diantara kritik yang mengemuka antara lain menyebut ia telah masuk dan main pada tataran politik praktis  yang sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh prajurit TNI.

Terhadap tindakannya yang demikian beberapa politisi meminta agar Gatot tidak bermain di ranah politik tersebut. Tetapi sepanjang yang diketahui, Presiden Jokowi tidak pernah menegurnya tentang hal ini. Dibawah kepemimpinan Gatot,T NI muncul sebagai institusi yang dipercaya masyarakat. Kemudian pada peringatan 72 tahun TNI yang diadakan di Cilegon tahun ini terlihat antusias masyarakat yang cukup tinggi.

Prajurit TNI berbaur bersama masyarakat memeriahkan acara HUT tersebut. Semuanya ini tentu dapat dianggap sebagai bahagian dari hasil kinerja Jenderal Gatot Nurmantyo. Ternyata kemudian popularitas Gatot berimbas juga kepada bidang politik.

Hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer yang dirilis,Minggu,3 Desember 2017 menyebut pada pilpres 2019 nanti apabila Jokowi berpasangan dengan Gatot maka elektabilitas pasangan ini meraup angka 47,9 persen kontra pasangan Prabowo Subianto -Anies Baswedan dengan elektabilitas 19,4 persen. Berdasarkan hasil survei tersebut terlihat bahwa tingkat elektabilitas tertinggi justru diraih Jokowi apabila berpasangan dengan Agus Harimurthi Yudhoyono yang akan memperoleh  angka 48,6 persen.

Perbedaan angka memang sangat tipis hanya 0,7 persen. Berkaitan dengan siapa pendampingnya nanti pada pilpres tentu merupakan hak Jokowi beserta partai pengusung namun dengan tingkat elektabilitas yang demikian tidak salah juga kalau menduga bahwa Gatot tentunya termasuk salah satu figur yang masuk dalam radar pantauan Jokowi.

Sehubungan dengan telah diajukannya Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI maka wajar juga muncul pertanyaan ,apabila Gatot nanti tidak lagi menduduki jabatan yang prestisius itu apakah akan memberi pengaruh terhadap tingkat elektabilitasnya.Artinya sesudah pensiun apakah elektabilitas Gatot bergerak naik atau tetap pada angka yang sekarang atau justru turun.

Kita belum mengetahui kapan akan dilaksanakan serah terima Panglima TNI mengingat Jenderal Gatot Nurmantyo yang lahir pada 13 Maret 1960 baru akan pensiun dari TNI Maret 2018 nanti. Tetapi dari keterangan resmi yang diperoleh, Presiden menginginkan DPR sudah dapat memberi rekomendasi persetujuan pengangkatan Marsekal Hadi Tjahjanto sebelum tanggal 14 Desember 2017 yaitu sebelum DPR memasuki masa reses.

Memang sejalan dengan ketentuan konstitusi kita bahwa penghunjukan Panglima TNI adalah hak prerogatif presiden dan untuk pengangkatannya membutuhkan rekomendasi DPR yang secara teknis dibahas pada Komisi I.

Tidaklah berlebihan kalau mengatakan bahwa Panglima TNI haruslah sosok yang dikenal dengan baik dan dipercaya oleh Presiden .  Ukuran yang demikian juga berlaku untuk Marsekal Hadi Tjahjanto yang sekarang ini memegang jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Udara ( KSAU). Hadi Tjahjanto ,sosok tampan berkumis ini dilahirkan pada 8 November 1963. Tokoh ini lulus dari Akademi Angkatan Udara pada tahun 1986.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun