Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa pada Proses Pilgub DKI, SBY Sulit Ketemu Jokowi dan Sekarang Lebih Mudah?

30 Oktober 2017   19:55 Diperbarui: 31 Oktober 2017   11:57 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa angka 38,9 persen itu belumlah angka aman untuk seorang presiden petahana. Dalam dua tahun ke depan ,tentunya issu yang akan terus dimainkan oleh lawan politik Jokowi terutama yang akan berhubungan dengan sikap Jokowi terhadap Ummat Islam,termasuk tentang Perppu ormas,hutang luar negeri yang semakin besar,kebangkitan PKI/Komunis dan juga menurunnya daya beli masyarakat. Walaupun kekuatan riil politik Demokrat di DPR RI hanya 61 kursi ( 10, 19 persen) tetapi diyakini ,SBY masih punya banyak pendukung dan simpatisan di negeri ini. 

Ketokohan SBY diperkirakan masih dihargai oleh berbagai organisasi kelompok masyarakat termasuk organisasi dan kelompok yang berbasiskan Islam. Berkaitan dengan hal tersebutlah ,kita menduga bahwa Jokowi sejak sekarang ingin " mengikat " SBY agar jangan bergabung dengan Hambalang.Seperti yang dikemukakan banyak pengamat, bahwa penantang paling potensial Jokowi pada Pilpres nanti tentunya adalah Prabowo Subianto ,Ketua Umum Partai Gerindra.

Secara person ,Jokowi juga tidak melihat SBY maupun AHY merupakan ancaman baginya pada Pilpres nanti. Diperkirakan AHY baru akan terjun ke kancah Pilpres pada 2024 nanti. Disisi lain diduga ,SBY juga punya kepentingan untuk merapat ke Istana karena dari hitung hitungan politik, terlihat SBY lebih nyaman berkoalisi dengan Istana ketimbang dengan Hambalang apalagi pada 17 Agustus yang lalu telah terjadi jabat tangan politik antara Mega-SBY. Semua dugaan dugaan tentang semakin membaiknya hubungan kedua tokoh bangsa ini akan terlihat ketika Jokowi melakukan reshuffle kabinet di waktu mendatang ini.

Apabila Presiden memasukkan AHY dalam kabinetnya maka hubungan antara Istana dan Cikeas tentu akan semakin mesra. Karenanya naik turunnya intensitas komunikasi antara Istana dan Cikeas menurut dugaan penulis tidak dapat dipisahkan dari kalkulasi politik yang menyertainya. Pada masa Pilgub DKI ,terlihat adanya kekakuan hubungan komunikasi diantara kedua pemimpin bangsa itu karena mereka berada pada dua kepentingan yang berbeda.

SBY tentu akan mendukung pasangan AHY-Silviana Murni,sedangkan secara pribadi ,diperkirakan Jokowi mendukung Ahok-Djarot. Sedangkan sekarang Pilgub sudah usai ,maka kontestasi politik 2019 pula lah yang akan dijadikan rujukan. Kepentingan politik pada 2019 jua lah yang membuat komunikasi itu semakin mesra.

Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun