Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa pada Proses Pilgub DKI, SBY Sulit Ketemu Jokowi dan Sekarang Lebih Mudah?

30 Oktober 2017   19:55 Diperbarui: 31 Oktober 2017   11:57 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita masih ingat dikala panasnya suhu politik Jakarta menjelang Pilgub putaran  pertama, sekurang-kurangnya ada dua kali pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto. Pertama ketika Jokowi  bertandang ke kediaman  Ketua Umum Partai Gerindra itu di Hambalang pada 31 Oktober 2016. Aksi Jokowi dan Prabowo yang sama sama naik kuda di Hambalang itu sempat menjadi viral.

Pertemuan tersebut menjadi perhatian publik karena pada pilpres 2014 kedua figur ini bertarung keras untuk memenangkan Indonesia Satu. Pertarungan demokrasi masa itu terasa begitu keras karena terjadi head to head. Berbagai issu juga dimunculkan oleh masing masing pendukung ,sehingga iklim politik terasa semakin hangat. Situasi yang demikian membuat kesan bahwa keduatokoh ini berada pada posisi saling berhadap hadapan. Dibawah bayang bayang psikologis politis yang demikian lah maka publik kagum melihat pertemuan di Hambalang itu dan banyak yang menyebut peristiwa itu merupakan perjumpaan dua negarawan.

Apalagi pernyataan keduanya mengemukakan pentingnya arti persatuan bangsa. Sesudah pertemuan Hambalang kemudian Prabowo mengadakan kunjungan balasan ke Jokowi bertempat di Istana. Sementara disisi lain ,menjelang putaran pertama pilgub DKI sangat terlihat kurang harmonisnya komunikasi antara SBY dengan Jokowi. Seolah-olah kedua tokoh bangsa itu seperti bersahut sahutan melalui medsos,twitter dan sejenisnya. 

Dalam  menghangatnya kondisi politik Jakarta ,Jokowi mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh dan kalangan. Pertemuan tersebut dimaknai sebagai bahagian dari upaya agar persatuan bangsa kita tetap terjaga dan agar bangsa ini tidak terpecah karena pilgub DKI. Namun dari sekian banyak tokoh yang ditemui itu ,tidak termasuk didalamnya Presiden ke -6 Susilo Bambang Yudhoyono.

Banyak komentar dan pendapat yang muncul mengapa orang nomor satu republik ini tidak menganggap penting ketemu presiden yang digantikannya.Sedangkan di sisi lain terlihat SBY ingin ketemu Jokowi terutama untuk mengklarifikasi beberapa hal antara lain tentang adanya tuduhan seolah olah presiden kelahiran Pacitan itu ada melakukan intervensi ke MUI sehubungan dengan Fatwa MUI 11 Oktober 2016 yang berkaitan dengan tuduhan penistaan agama terhadap Ahok.

Beberapa alasan dikemukakan pihak Istana ,seperti kesibukan Presiden dan sebagainya sehingga pertemuan belum dapat terlaksana. Sesudah pilgub putaran pertama berlalu barulah kemudian terjadi pertemuan SBY dan Jokowi di Istana pada Kamis ,9 Maret 2017. Namun pertemuan tersebut dinilai datar datar dan biasa saja.Hal ini terjadi karena pertemuan itu sendiri sudah kehilangan momentum politiknya. Setelah pilgub DKI putaran kedua yang menghantarkan Anies-Sandiaga ke Balikota ,barulah terlihat hubungan komunikasi diantara dua tokoh itu semakin membaik.

Agus Hatimurthi Yudhoyono (AHY) beserta istrinya Annisa Pohan hadir di Istana pada acara halal bil halal 1 Syawal yang lalu. Memang bukan SBY yang hadir pada acara tersebut namun publik melihat hadirnya AHY merupakan sinyal telah membaiknya komunikasi antara Cikeas dan Istana. Kemudian pada kesempatan lain AHY datang lagi menemui Jokowi di Istana untuk menyampaikan undangan peresmian The Yudhoyono Institute,sebuah lembaga yang bergerak di bidang kajian strategis yang dipimpin oleh AHY.

Hubungan SBY dengan Jokowi terlihat semakin mesra ketika SBY beserta Ibu Ani datang menghadiri acara peringatan detik detik Proklamasi di Istana pada 17 Agustus 2017 yang lalu.Malahan pada kesempatan tersebut ada sesi foto bersama yang diikuti,Mega,Habibie,SBY dan Ibu Ani. Pertemuan di Istana terasa semakin bermakna ketika SBY berjabat tangan dengan Megawati. Jabat tangan diantara kedua tokoh itu terasa sangat bermakna karena hal tersebut merupakan peristiwa yang langka.Publik juga sangat paham bahwa hubungan antara Mega dan SBY kurang harmonis.

Selanjutnya hubungan Jokowi-SBY terlihat semakin intim ketika pada 27 Oktober 2017 yang lalu ,kedua tokoh itu melakukan pertemuan di Istana. Menurut Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi ,Johan Budi Saptopribowo ,topik yang dibicarakan salah satunya adalah tentang Perppu Ormas yang baru saja disahkan oleh DPR menjadi UU Ormas. Seperti diketahui sehari sebelumnya ,SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat memang sempat mengancam akan mengeluarkan petisi politik jika pemerintah tidak merevisi undang undang tentang organisasi masyarakat. Selain soal UU Ormas ,menurut Johan ,pertemuan tersebut juga membicarakan kondisi politik dan ekonomi bangsa ini. Menurut Staf Khusus Presiden tersebut,banyak masukan yang diberikan oleh SBY kepada Pemerintah.

Tentulah sebagai warga bangsa kita senang melihat pertemuan antar pemimpin bangsa kita ini. Tetapi juga dibalik rasa senang itu tentu muncul juga pertanyaan ,kenapa sekarang hubungan Jokowi-SBY terlihat begitu harmonis sedangkan pada masa Pilgub DKI yang lalu hubungan diantara keduanya terkesan dingin. Kemungkinan besar penyebab semakin harmonis nya hubungan tersebut tidak dapat dilepaskan dengan semakin dekatnya pelaksanaan Pilpres 2019.

Dihitung dari sekarang pelaksanaan pilpres tersebut kurang dari dua tahun lagi.  Berdasarkan rilis berbagai survei,tingkat elektabilitas Jokowi memang masih jauh diatas Prabowo Subianto. Syaiful Mujani Research Institute (SMRI) menyatakan hasil survei 2-10 September 2017 menunjukkan ,tingkat elektabilitas Jokowi pada kisaran angka 38,9 persen dan Prabowo pada angka 12 persen.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa angka 38,9 persen itu belumlah angka aman untuk seorang presiden petahana. Dalam dua tahun ke depan ,tentunya issu yang akan terus dimainkan oleh lawan politik Jokowi terutama yang akan berhubungan dengan sikap Jokowi terhadap Ummat Islam,termasuk tentang Perppu ormas,hutang luar negeri yang semakin besar,kebangkitan PKI/Komunis dan juga menurunnya daya beli masyarakat. Walaupun kekuatan riil politik Demokrat di DPR RI hanya 61 kursi ( 10, 19 persen) tetapi diyakini ,SBY masih punya banyak pendukung dan simpatisan di negeri ini. 

Ketokohan SBY diperkirakan masih dihargai oleh berbagai organisasi kelompok masyarakat termasuk organisasi dan kelompok yang berbasiskan Islam. Berkaitan dengan hal tersebutlah ,kita menduga bahwa Jokowi sejak sekarang ingin " mengikat " SBY agar jangan bergabung dengan Hambalang.Seperti yang dikemukakan banyak pengamat, bahwa penantang paling potensial Jokowi pada Pilpres nanti tentunya adalah Prabowo Subianto ,Ketua Umum Partai Gerindra.

Secara person ,Jokowi juga tidak melihat SBY maupun AHY merupakan ancaman baginya pada Pilpres nanti. Diperkirakan AHY baru akan terjun ke kancah Pilpres pada 2024 nanti. Disisi lain diduga ,SBY juga punya kepentingan untuk merapat ke Istana karena dari hitung hitungan politik, terlihat SBY lebih nyaman berkoalisi dengan Istana ketimbang dengan Hambalang apalagi pada 17 Agustus yang lalu telah terjadi jabat tangan politik antara Mega-SBY. Semua dugaan dugaan tentang semakin membaiknya hubungan kedua tokoh bangsa ini akan terlihat ketika Jokowi melakukan reshuffle kabinet di waktu mendatang ini.

Apabila Presiden memasukkan AHY dalam kabinetnya maka hubungan antara Istana dan Cikeas tentu akan semakin mesra. Karenanya naik turunnya intensitas komunikasi antara Istana dan Cikeas menurut dugaan penulis tidak dapat dipisahkan dari kalkulasi politik yang menyertainya. Pada masa Pilgub DKI ,terlihat adanya kekakuan hubungan komunikasi diantara kedua pemimpin bangsa itu karena mereka berada pada dua kepentingan yang berbeda.

SBY tentu akan mendukung pasangan AHY-Silviana Murni,sedangkan secara pribadi ,diperkirakan Jokowi mendukung Ahok-Djarot. Sedangkan sekarang Pilgub sudah usai ,maka kontestasi politik 2019 pula lah yang akan dijadikan rujukan. Kepentingan politik pada 2019 jua lah yang membuat komunikasi itu semakin mesra.

Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun