Mohon tunggu...
Mara Ongku Hsb
Mara Ongku Hsb Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Mengajar membuka jendela memasukkan cahaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sewenang-wenangnya Manusia Pasti Kembali

10 Desember 2024   08:51 Diperbarui: 10 Desember 2024   08:51 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi hening foto dari Aqtai (Sumber: Pexels)

Manusia Allah ciptakan untuk menjadi khalifah  di bumi, mengelola bumi, tetapi dengan adanya mandat tersebut tidak seolah-olah manusia semena-mena terhadap amanah tersebut ia merusak lingkungan alam, membuang sampah yang tidak pada tempatnya, tebang hutan secara liar untuk kepentingan pribadi dan golongannya.

Semua berawal dari ego dan kerasnya hati manusia, serakahnya hati manusia, sebenarnya keras sah-saja asalkan pada jalan benar untuk memperbaiki seperti disebutkan KH. Zainuddin MZ Umar bin Khattab memang keras dalam sikap tapi ia mau menerima kebenaran, sangat suka dengan yang namanya kebenaran.

Sudah keras hati merasa benar sendiri inilah yang rusak, ia menjadi keras kepala sehingga ia berbuat sekehendaknya, apalagi ia mempunyai kekuasaan. Hal ini telah Allah singgung dalam al-Qur'an pada surah al-'Alaq [96]:7.  sebagai berikut :


ketika melihat dirinya serba berkecukupan. (Q.S. surah al-'Alaq [96]:7.  )

Manusia apabila sudah merasa kecukupan, sudah merasa kaya, ia akan melampaui batas terutama orang kafir kepada Allah dan sewenang-wenang terhadap manusia. Kecenderungan itu terjadi ketika manusia merasa sudah berkecukupan. Karena merasa cukup ia juga tidak butuh kepada sesama manusia dan merasa berkuasa pada saat yang sama manusia juga sewenang-wenang terhadap orang lain.

Sombong akan menemaninya karena tidak lagi bersyukur kepada Allah ia tidak mengenal Allah, seperti Abu Jahal tidak tahu berbuat yang baik maka ia menjadi melewati batas, Fir'aun sempat mengaku dirinya Tuhan sungguh jauh mereka melampaui batas.

Menutup sikap sombong dan merasa berkuasa semena-mena tersebut harus dibimbing dengan akhlak, harus diajak mendalami ilmu akhlak supaya lebih kenal dengan dirinya dan Tuhan-Nya.

Tetapi sekeras apapun hati manusia, ia pasti kembali kepada Allah, hal ini jelas dalam sambungan ayat dalam sudah al-'Alaq ayat  8 sebagai berikut :


Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(-mu).( Q.S. surah al-'Alaq [96]:8 )

Dari ayat tersebut memberi peringatan kepada semua manusia bahwa sekeras apa pun ia didunia, sediktator apa pun ia didunia, ia akan pasti kembali kepada Allah. Maka rugi bagi orang-orang yang berbuat jahat sekehendaknya, seperti sikap dan perilaku yang kurang tepat ketika ada kekuasaan pada dirinya lalu sesuka hatinya menjatuhkan dan merendahkan manusia lainnya. Lupa pada diri bahwa ia akan juga mati bertemu dengan ajal.

Qala  Jibril as, :"Ya Muhammad, 'Isy Ma Syi'ta fainnak mayyitum wa ahbib man syi'ta fainnaka mufariqun, wa'mal ma syi'ta fainnaka majziyyun, "Jibril berkata : " Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau itu akan jadi mayit, cintailah siapa saja sesukamu, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, berbuatlah sesukamu, sesungguhnya perbuatan itu akan dibalas setimpal".

Dalam hal ini seperti dijelaskan oleh KH Fawaid Abdullah pada prinsipnya semua yang dilakukan oleh manusia itu berbanding lurus dengan perbuatannya masing-masing, siapa yang menanam ia akan menuai, pertanggungjawaban setiap manusia pasti diminta dihapadan Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Tuhan dalam alk-Qur'an surah al-Mudatsir [74 ] : 38, sebagai berikut :


Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan, (Q.S. al-Mudatsir [74 ] : 38)

Dalam ayat tersebut tiap jiwa terkait dengan amal yang dikerjakan sampai hari kiamat, dalam ayat ini juga manusia mau maju meraih kebaikan atau mundur yang jelas setiap orang akan bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya masing-masing. Dari hal tersebut hindarilah selalu merasa paling kuat, sehingga sewenang-wenang terhadap yang lain bawalah kepada Allah kalau sedang baik maupun kurang baik, mendekat kepada Tuhan "Aqrobunnasa lirobbihi yasjudu" Kedekatan manusia dengan Tuhan adalah waktu sujud kenapa waktu sujud? Karna Iblis tidak mau sujud kepada Allah, hal ini menjadi obat agar tidak sewenang-wenang dan melampaui batas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun