Manusia Allah ciptakan untuk menjadi khalifah  di bumi, mengelola bumi, tetapi dengan adanya mandat tersebut tidak seolah-olah manusia semena-mena terhadap amanah tersebut ia merusak lingkungan alam, membuang sampah yang tidak pada tempatnya, tebang hutan secara liar untuk kepentingan pribadi dan golongannya.
Semua berawal dari ego dan kerasnya hati manusia, serakahnya hati manusia, sebenarnya keras sah-saja asalkan pada jalan benar untuk memperbaiki seperti disebutkan KH. Zainuddin MZ Umar bin Khattab memang keras dalam sikap tapi ia mau menerima kebenaran, sangat suka dengan yang namanya kebenaran.
Sudah keras hati merasa benar sendiri inilah yang rusak, ia menjadi keras kepala sehingga ia berbuat sekehendaknya, apalagi ia mempunyai kekuasaan. Hal ini telah Allah singgung dalam al-Qur'an pada surah al-'Alaq [96]:7. Â sebagai berikut :
ketika melihat dirinya serba berkecukupan. (Q.S. surah al-'Alaq [96]:7. Â )
Manusia apabila sudah merasa kecukupan, sudah merasa kaya, ia akan melampaui batas terutama orang kafir kepada Allah dan sewenang-wenang terhadap manusia. Kecenderungan itu terjadi ketika manusia merasa sudah berkecukupan. Karena merasa cukup ia juga tidak butuh kepada sesama manusia dan merasa berkuasa pada saat yang sama manusia juga sewenang-wenang terhadap orang lain.
Sombong akan menemaninya karena tidak lagi bersyukur kepada Allah ia tidak mengenal Allah, seperti Abu Jahal tidak tahu berbuat yang baik maka ia menjadi melewati batas, Fir'aun sempat mengaku dirinya Tuhan sungguh jauh mereka melampaui batas.
Menutup sikap sombong dan merasa berkuasa semena-mena tersebut harus dibimbing dengan akhlak, harus diajak mendalami ilmu akhlak supaya lebih kenal dengan dirinya dan Tuhan-Nya.
Tetapi sekeras apapun hati manusia, ia pasti kembali kepada Allah, hal ini jelas dalam sambungan ayat dalam sudah al-'Alaq ayat  8 sebagai berikut :
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(-mu).( Q.S. surah al-'Alaq [96]:8 )
Dari ayat tersebut memberi peringatan kepada semua manusia bahwa sekeras apa pun ia didunia, sediktator apa pun ia didunia, ia akan pasti kembali kepada Allah. Maka rugi bagi orang-orang yang berbuat jahat sekehendaknya, seperti sikap dan perilaku yang kurang tepat ketika ada kekuasaan pada dirinya lalu sesuka hatinya menjatuhkan dan merendahkan manusia lainnya. Lupa pada diri bahwa ia akan juga mati bertemu dengan ajal.