Mohon tunggu...
Mara Nur Asifa
Mara Nur Asifa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran

Mahasiswa aktif semester 4 Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengupas Film Adaptasi "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" dari Novel Karya Eka Kurniawan

29 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 29 Juni 2024   16:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Ada hal yang lebih menarik yang jarang ditemukan dalam film lain yaitu pada adegan berkelahi tidak mengalami pemotongan atau pengakalan shoot camera sama sekali, para tokoh benar-benar melakukan baku hantam dan saling membanting meskipun dengan tokoh perempuan.

Bagi masyarakat awam yang tidak mengkaji dan mendalami karya sastra, ketika menonton film ini akan merasa kebingungan dan menilainya sebagai film yang tidak layak untuk ditonton karena dirasa tidak memahami isi yang disampaikannya. 

Hal ini juga dirasakan oleh saya sendiri, ada beberapa scene yang dianggap terlalu absurd sehingga mengharuskan saya membaca novel dan membaca review orang lain. 

Sampai saat ini saya juga masih bertanya-tanya mengenai penerimaan penonton terutama bagi masyarakat Indonesia yang kurang memahami sastra dengan tema yang bisa dibilang tabu.

Dalam dunia perfilman Indonesia akan terasa tidak lengkap jika tidak menyelipkan unsur horor ke dalamnya. 

Dalam film adaptasi ini juga ada satu tokoh yang digambarkan penuh misterius, ia datang tak diundang dan pulang tak diantar, kebanyakan orang menamai hal tersebut dengan "jelangkung" dan saya sepakat akan nama itu meskipun ini hanya interpretasi saya terhadap tokoh tersebut. 

Unsur mistis dan horor inilah yang tak pernah surut penonton karena dirasa sangat memberikan tantangan tersendiri, hal inilah yang menjadi salah satu sumbu industri kreatif film Indonesia akan melambung.

Genre horor di Indonesia sudah menjadi ciri khas yang mendarah daging, meskipun begitu tidak menjadikan genre ini terlepas dari berbagai kritikan negatif. 

Menurut pengamatan saya sendiri sedikit banyak judul yang digunakan terkesan "cabul" dan sering diselipi adegan "seks" di dalamnya atau bisa dibilang bahwa film horor ini tidak sepenuhnya mengisahkan "hantu", hal ini tentunya mampu merusak moral para penonton. 

Mengenai hal ini dikembalikan lagi kepada penerimaan dan pandangan masing-masing penonton, hal positif lainnya mengenai film adaptasi dan film-film Indonesia lainnya juga tidak bisa diabaikan begitu saja selagi mampu mendukung kemajuan industri kreatif dan aktivitas ekonomi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun