Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pergantian Kurikulum: Mungkinkah Kurikulum Merdeka Akan Diganti?

16 November 2024   20:41 Diperbarui: 16 November 2024   21:07 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergantian menteri pendidikan selalu membawa harapan sekaligus kekhawatiran. Salah satu isu yang kerap muncul adalah wacana perubahan kurikulum. Setelah peluncuran Kurikulum Merdeka pada 2022, kini muncul pertanyaan: apakah kurikulum ini akan diganti dengan kepemimpinan baru? Terlebih, rencana penghapusan Asesmen Nasional dan wacana pengembalian Ujian Nasional (UN) semakin memanaskan diskusi di dunia pendidikan.

Abdul Mu'ti, Mendikdasmen yang baru, menyampaikan ide untuk memperkenalkan pendekatan Deep Learning dalam kurikulum mendatang. Pendekatan ini dianggap modern karena menekankan pembelajaran mendalam yang berpusat pada siswa. Namun, apakah perubahan kurikulum benar-benar diperlukan?

Apa Itu Deep Learning dan Bagaimana Relevansinya?

Konsep Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar dengan cara berpikir kritis, bekerja sama, dan mengeksplorasi rasa ingin tahu mereka. Berbeda dengan Surface Learning yang hanya fokus pada hafalan dan penerimaan informasi secara pasif, Deep Learning memberikan ruang bagi siswa untuk memahami materi secara holistis dan kontekstual.

Menurut John Hattie, pakar pendidikan dunia, Deep Learning mampu membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kompleks. Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak hanya memperbaiki capaian akademik siswa, tetapi juga mendukung perkembangan sosial-emosional mereka.

Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah mengadopsi prinsip-prinsip serupa melalui project-based learning dan profil Pelajar Pancasila. Lalu, apakah Deep Learning dalam kurikulum baru ini hanyalah "kemasan baru" dari prinsip yang sudah ada?


Refleksi Ki Hajar Dewantara: Pendidikan yang Memerdekakan

Ki Hajar Dewantara (KHD), Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, selalu menekankan pentingnya pendidikan yang "membebaskan." Menurutnya, pendidikan sejati adalah yang mampu membangun manusia merdeka---merdeka dalam berpikir, bertindak, dan bertanggung jawab.

Dalam perspektif KHD, pendidikan harus berpusat pada murid, menghormati kodrat alam, dan mendidik dengan cara yang sesuai dengan lingkungan serta kebutuhan siswa. Konsep ini selaras dengan Deep Learning yang memberikan ruang bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

KHD juga mengingatkan pentingnya guru sebagai "taman" yang mendukung pertumbuhan siswa. Hal ini relevan dengan tantangan implementasi Kurikulum Merdeka, di mana guru sering kali terjebak pada kebiasaan lama yang berfokus pada hafalan daripada eksplorasi.

Pendidikan Berkualitas dalam SDG's No. 4

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's) ke-4 adalah memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat. Pendidikan berkualitas mencakup empat komponen utama:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun