Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Lainnya - Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompetensi Pedagogi: Lebih dari Sekedar Ilmu, Melainkan Seni

10 November 2024   14:10 Diperbarui: 10 November 2024   14:11 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari https://www.pexels.com/

Di antara keempat kompetensi tersebut, pedagogi sering dianggap sebagai inti dari profesi guru. Kompetensi pedagogi melibatkan pemahaman guru tentang metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang efektif, serta bagaimana menerapkannya dalam kelas. Namun, pedagogi tidak cukup jika dipahami hanya sebagai ilmu. Seperti seni, pedagogi membutuhkan empati, kreativitas, dan kepekaan untuk memahami kondisi unik setiap murid dan mendukung perkembangan mereka.

Menurut pemikiran pendidikan modern, seperti yang dikemukakan oleh filsuf John Dewey, pendidikan harus berpusat pada murid, dan guru perlu memiliki pemahaman mendalam tentang cara setiap murid belajar dan tumbuh. Dewey menekankan bahwa pendidikan adalah proses yang membentuk karakter dan kecerdasan anak, dan ini tidak dapat dicapai hanya dengan menerapkan teori atau metode tertentu. Sebaliknya, guru harus mampu merasakan dan mengerti kebutuhan individu dari setiap anak.

Mengapa Empati Menjadi Fondasi Pedagogi yang Efektif?

Empati adalah komponen penting yang membedakan pedagogi sebagai seni dan ilmu. Seorang guru yang empatik dapat memahami pikiran dan perasaan murid, yang memungkinkan guru untuk mendampingi murid dalam perjalanan akademik dan sosial mereka. Berempati memungkinkan guru melihat tantangan dari sudut pandang murid, menciptakan suasana yang mendukung perkembangan kecerdasan emosional dan sosial anak, yang merupakan bagian esensial dari pendidikan modern.

Psikolog Daniel Goleman menggarisbawahi bahwa kecerdasan emosional, yang didasari oleh empati, memainkan peran utama dalam keberhasilan dan kebahagiaan seseorang. Dalam konteks pendidikan, kecerdasan emosional yang dipupuk oleh empati membantu murid membangun kepercayaan diri, keberanian, dan kemampuan menghadapi tantangan, semua ini diperlukan untuk mencapai cita-cita mereka.

Mengapa Pedagogi yang Berbasis Empati Menjadi Sebuah Seni?

Pedagogi yang efektif tidak hanya berfokus pada pencapaian hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan potensi setiap individu. Mengajar dengan empati menjadikan pengajaran bukan hanya aktivitas instruktif, tetapi sebuah proses kreatif yang menyesuaikan strategi dan metode dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berikut beberapa cara bagaimana empati membuat pedagogi menjadi seni:

  1. Penerimaan terhadap Keunikan Anak: Guru yang memiliki empati tidak hanya memahami perbedaan tiap murid tetapi juga merayakan keunikan tersebut. Hal ini mendorong lingkungan belajar yang inklusif, di mana anak merasa diterima dan dihargai.

  2. Penyesuaian Metode Pembelajaran: Guru yang empatik dapat dengan fleksibel menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas dan kemampuan tiap murid, menciptakan pengalaman belajar yang menyeluruh dan bermakna.

  3. Membangun Koneksi yang Bermakna: Guru yang berempati dapat menjalin hubungan yang mendalam dengan murid-muridnya, menciptakan ikatan emosional yang mendukung proses pembelajaran dan memberikan motivasi intrinsik kepada murid.

Tips Meningkatkan Kompetensi Pedagogik pada Guru

Berikut adalah beberapa cara yang dapat diikuti oleh guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogi mereka, terutama dalam hal penerapan seni dan empati dalam pengajaran:

  1. Refleksi Diri dan Kesadaran Emosional
    Guru perlu memahami diri mereka sendiri dan menjaga kesehatan emosional agar dapat menciptakan suasana belajar yang positif. Refleksi harian atau mingguan tentang interaksi dengan murid dapat membantu guru memahami dan menyesuaikan pendekatan pengajaran mereka.

  2. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Sosial
    Pelatihan dalam bidang komunikasi, pengelolaan kelas berbasis inklusi, dan pemahaman karakteristik perkembangan anak sangat penting. Guru dapat mengikuti kursus atau lokakarya yang memberikan wawasan tentang kecerdasan emosional dan cara mengaplikasikannya dalam proses belajar.

  3. Mengembangkan Sikap Fleksibilitas dan Adaptasi
    Pedagogi berbasis empati menuntut guru untuk selalu terbuka terhadap perubahan. Murid terus berkembang, begitu juga pendekatan pengajaran. Guru yang fleksibel dapat menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kondisi murid yang selalu dinamis.

  4. Berkolaborasi dan Berbagi Pengalaman
    Guru juga bisa meningkatkan kompetensi pedagogi dengan berkolaborasi bersama rekan sejawat. Melalui diskusi dan berbagi pengalaman, guru dapat saling belajar tentang pendekatan-pendekatan kreatif dan efektif yang bisa diterapkan di kelas.

  5. Penggunaan Teknologi sebagai Sarana Pengayaan Pembelajaran
    Teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran jika digunakan dengan bijak. Guru bisa menggunakan teknologi untuk menyediakan sumber belajar tambahan yang sesuai dengan minat dan bakat anak, serta membantu anak lebih termotivasi dan tertarik dalam belajar.

Menjadikan Pedagogi sebagai Seni untuk Mewujudkan Cita-Cita Murid

Pedagogi bukan sekadar ilmu yang dipelajari, tetapi seni yang terus dikembangkan oleh setiap guru. Ketika pedagogi diterapkan dengan empati dan kepekaan, proses belajar-mengajar tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik tetapi juga membangun kepribadian dan karakter anak. 

Melalui pemahaman mendalam tentang seni pedagogi, guru dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid merasa didukung dan termotivasi untuk menggapai cita-citanya.

Dengan meningkatkan kompetensi pedagogi yang berbasis empati, guru dapat menjadikan kelas bukan hanya sebagai tempat belajar, tetapi sebagai ruang yang aman, penuh inspirasi, dan mendukung anak-anak dalam perjalanan mereka meraih masa depan yang lebih baik.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun