Pemimpin pendidikan harus menjaga kesinambungan program yang mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memastikan bahwa setiap keputusan didasarkan pada manfaat jangka panjang bagi siswa, bukan sekadar hasil jangka pendek.
Ujian Nasional: Tantangan atau Hambatan?
Kembali pada wacana pemberlakuan UN, kita dihadapkan pada pilihan antara mempertahankan sistem pengujian yang seragam atau mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih dinamis dan relevan.Â
UN mungkin berfungsi sebagai alat pengukur yang efisien, tetapi ia cenderung menyederhanakan pendidikan menjadi serangkaian angka yang tidak mencerminkan potensi sejati seorang siswa.Â
Seiring dengan perkembangan pendidikan yang semakin inklusif dan adaptif, penting untuk mempertimbangkan apakah UN benar-benar mendukung pengembangan keterampilan hidup yang lebih holistik.
Pemberlakuan kembali UN bisa menjadi pengingat bahwa sistem pendidikan kita harus menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Jika kita terus berfokus pada capaian angka, kita mungkin melupakan tujuan pendidikan yang sesungguhnya---yakni mempersiapkan individu untuk hidup bermakna dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Pertanyaan Reflektif
Maka, sebagai pemerhati pendidikan, kita perlu merenungkan pertanyaan berikut: Apakah sistem pendidikan yang kita bangun benar-benar berfokus pada pengembangan manusia yang utuh dan berkarakter, atau sekadar pada pencapaian angka-angka? Bisakah kita menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kolaborasi, kreativitas, dan cinta belajar tanpa terjebak pada ujian-ujian yang membatasi potensi siswa?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H