Nel Noddings, (1984;76), Noddings menekankan, "Feeling with, or feeling for, another is an ethical plus. The possibilities for education through empathetic encounters are immense." Hal ini menunjukkan bahwa melalui empati dan kepedulian, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan mendukung perkembangan emosional peserta didik.
Daniel Goleman, seorang psikolog yang dikenal dengan konsep kecerdasan emosional, juga menyoroti pentingnya pengembangan kesejahteraan emosional dalam pendidikan. Dalam bukunya "Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ" (Daniel Goleman, 1995;134), Goleman menjelaskan, "Emotional self-awareness is the building block of the next fundamental social competence: accurately recognizing emotions in others." Ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran emosional dalam memahami diri sendiri dan orang lain, yang merupakan keterampilan kunci dalam membentuk hubungan yang sehat dan memecahkan konflik.
Tiga tips untuk guru dalam mengembangkan pilar emosional peserta didik adalah: pertama, memberikan model peran yang positif dalam pengelolaan emosi, dengan menunjukkan ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi situasi sulit. Kedua, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung ekspresi emosi yang sehat, dengan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berbicara tentang perasaan mereka dan mengekspresikannya melalui seni atau kegiatan kreatif. Ketiga, mengajarkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang terkait dengan emosi, dengan membimbing peserta didik dalam mengidentifikasi perasaan mereka, menganalisis penyebabnya, dan merencanakan respons yang tepat. Dengan menerapkan tips-tips ini secara konsisten, guru dapat membantu peserta didik mengembangkan kecerdasan emosional mereka, mengelola emosi dengan efektif, dan memperkuat kesejahteraan emosional mereka secara keseluruhan.
Catatan Akhir
Dengan memadukan perspektif-perspektif ini, guru dapat membangun segitiga ajaib karakter yang kokoh dan berkelanjutan bagi Peserta didik. Melalui komitmen yang kuat untuk memperhatikan aspek spiritual, moral, dan emosional dalam setiap pembelajaran, guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik Peserta didik. Dengan demikian, mereka bukan hanya menjadi pengajar yang hebat, tetapi juga pembentuk karakter yang inspiratif dan berpengaruh bagi generasi penerus.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H