Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Asam di Gunung, Garam Tak Hanya di Laut

17 Juli 2022   13:29 Diperbarui: 28 September 2022   19:36 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Produksi Garam Gunung di Krayan Timur (Marahalim Siagian)

Selain warga kampung, ada satu keluarga yang mengelola rumah produksi ini sehari-hari yakni Pak Johan (42) dan istrinya Linda (40). Anak kecil mereka kadang turut bersama mereka selama proses pembuatan garam.

Menurut Ibu Linda, keluarganya telah menekuni pembuatan garam gunung selama 40 tahun. 

"Waktu orang tua saya masih mengelola sumur garam ini, saya yang masih kecil sering ikut ke sini, sekarang kami pula yang melanjutkannya," tuturnya.

Produksi garam Ibu Linda terdiri atas 2 jenis yakni, garam yang berwarna merah jambu dan garam berwarna putih. 

Garam berwarna merah jambu di jual seharga 30 ribu per kilo gramnya, sedangkan garam berwarna putih dijual seharga 40 ribu per kilo gramnya.

Dua warna garam hasil rumah produksi Mursib di Desa Pa Kebuan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Marahalim Siagian)
Dua warna garam hasil rumah produksi Mursib di Desa Pa Kebuan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Marahalim Siagian)

Bagaimana Garam Gunung Dibuat?

Teknik produksi garam gunung yang dipraktikkan saat ini di Rumah Produksi Garam Mursib Desa Pa Kebuan telah mengalami perkembangan. 

Dahulu, proses perebusan hanya dilakukan satu kali dan warna garam yang diperoleh tidak terlalu putih. 

Penemuan teknik ke-2 produksi garam justru terjadi tidak sengaja ketika instalasi rumah produksi garam ini mengalami kebakaran di masa lalu. 

Proses memasak air garap untuk mengurangi kandungan air (Marahalim Siagian)
Proses memasak air garap untuk mengurangi kandungan air (Marahalim Siagian)

Pasca kebakaran, air dalam drum perebusan yang masih tersisa mereka langsung tidak buang. Mereka mencoba-coba untuk merebusnya kembali, dari hasil perebusan ke dua kali ini mereka melihat bahwa abu dan serbuk kotoran lainnya yang mengendap di dasar drum terpisah dalam proses perebusan dan pengendapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun