Penduduk Perbatasan Mengharapkan Kehidupan Normal
Selama Pandemi Covid-19 wilayah pintu masuk antar negara di perbatasan Indonesia-Malaysia di tutup guna menghindari penyebaran Covid-19. Hal itu berlangsung selama 1 tahun lebih sampai ada kebijakan pelonggaran di tahun kedua pandemi.Â
Kebijakan pelonggaran didasari antara lain karena masyarakat Indonesia di perbatasan kesulitan memperoleh barang keperluan sehari-hari.Â
Kesepakatan G to G (goverment to goverment) kemudian dilakukan yang isinya antara lain menyepakati adanya 1 koperasi dari Indonesia yang akan menangani kebutuhan barang masyarakat di Krayan (Kecamatan Krayan Induk, Kecamatan Krayan Timur dan Kecaman Krayan Selatan) yang populasinya puluhan ribu jiwa.
Sementara itu, di Malaysia, satu koperasi ditunjuk sebagai pihak pengadaan/penyedia barang yang diperlukan warga Indonesia. Dengan demikian, transaksi berjalan dengan cara ini.Â
Masyarakat dan pemilik warung menuliskan daftar barang yang mereka ingin beli lalu daftar itu diserahkan kepada pihak koperasi  yang ditunjuk Indonesia untuk diserahkan ke pihak koperasi di Malaysia yang akan menyediakan barang-barang yang ada dalam daftar belanja.Â
Dari sisi bisnis, sejatinya ini adalah praktik monopoli karena masyarakat tidak lagi bebas membeli barang yang mereka perlukan atau memilih belanja ke toko yang mereka anggap harganya lebih murah. Belanja semua barang masyarakat telah diambil alih oleh pihak koperasi. Â Â
Di awal minggu Juli 2022, terjadi demo masyarakat yang menuntut agar masyarakat bisa membeli langsung barang-barang yang mereka butuhkan, seperti sedia kala dengan cara B to B (bisnis to bisnis).
Kenapa Penduduk Perbatasan Tidak Belanja di Indonesia?
Masyarakat di perbatasan ini belum menikmati apa arti pembangunan. Tidak ada satu jenis subsidi pemerintah yang bisa mereka nikmati sebagai bagian dari warga negara Indonesia. Subsidi BBM? BBM masyarakat di perbatasan ini dibeli dari Malaysia, sementara 1 ringgit Malaysia sama dengan Rp 3.500 rupiah.Â
Contoh lain, gas elpiji yang merupakan sumber energi untuk memasak bagi rumah tangga. Gas elpiji 14 kg isi ulang harganya 480.000 rupiah di Krayan. Kalau dibeli dari kota Tarakan (Indonesia) juga akan mahal karena aksesnya hanya melalui udara (naik pesawat).