Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tombilotohe, Diet dan Pent-up Demand

17 Mei 2021   06:24 Diperbarui: 18 Mei 2021   09:33 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa pun motivasinya, sakral ataupun profan, tradisi ini berakar kuat dari agama Islam yakni untuk menyambut Lailatul qadar.

Tiga malam sebelum akhir Ramadhan---Idul Fitri, umat muslim di Gorontalo menyalakan lampu-lampu yang sebagian besar menggunakan minyak tanah dalam wadah botol kaca 'energy drink'. Tradisi lama ini disebut Tombilotohe.

Dokpri
Dokpri

Jumlah lampu yang dinyalakan diperkitakan 4-5 kali dari jumlah populasi penduduk Gorontalo. Jumlah penduduk Gorontalo sendiri sebesar 1,1 juta lebih pada tahun 2020 . Jadi, perkiraan kasarnya, ada sekitar 4-5 juta lampu dinyalakan secara kolosal dalam tiga malam berturut.

Bagi pedagang kaki lima seperti Ti Nunu (45 tahun) ini adalah momen yang terbuka setiap tahun untuk menjual lampu-lampu teplok yang berbahan bekas botol energy drink yang dipasangi sumbu kecil di dalamnya.

Lampu-lampu ini akan dinyalakan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan kosumsi minyak tanah seketika melonjak. Untuk keseluruhan, konsumsi minyak tanah selama Tombilotohe (3 hari) mencapai ratusan ribu liter minyak tanah terpakai.

Deretan lampu teplok berbahan bakar minyak tanah dalam wadah botol energy drink terpasang disalah satu rumah penduduk di Kota Marisa-Gorontalo (Marahalim Siagian)
Deretan lampu teplok berbahan bakar minyak tanah dalam wadah botol energy drink terpasang disalah satu rumah penduduk di Kota Marisa-Gorontalo (Marahalim Siagian)
Deretan lampu teplok berbahan bakar minyak tanah dalam wadah botol energy drink terpasang disalah satu rumah penduduk di Kota Marisa-Gorontalo (Marahalim Siagian)
Deretan lampu teplok berbahan bakar minyak tanah dalam wadah botol energy drink terpasang disalah satu rumah penduduk di Kota Marisa-Gorontalo (Marahalim Siagian)
Selain pemasangan lampu yang dilakukan oleh setiap rumah tangga umat muslim, pemasangan lampu juga dilakukan di lapangan terbuka, jalan raya, hingga fasilitas-fasilitas publik lainnya dalam koreografi yang memesona. Momen ini kadang juga dimanfaatkan oleh tokoh politik dan atau tokoh publik untuk menunjukkan namanya, seperti pada gambar di bawah ini.

dokpri
dokpri
Apa pun motivasinya, sakral ataupun yang profan, tradisi ini berakar kuat dari agama Islam yakni untuk menyambut Lailatul qadar. Malam Lailatu Qadar sendiri diartikan sebagai malam turunnya ayat-ayat pertama Al-Quran kepada nabi umat Islam, Muhammad.

Jika puasa kita artikan secara sekuler sebagai diet yakni berpantang makan dan minum selama kurun waktu yang ditentukan oleh aturan agama. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumsi akan cenderung menurun selama Ramadhan karena orang-orang membatasi diri dan menunda banyak keinginannya.  

Sehubungan dengan masa menjalani puasa, beberapa instansi bahkan menerapkan pelonggaran jam kerja dan atau pengurangan jam kerja--terutama jenis-jenis pekerjaan yang menguras tenaga.

Nopri (20 tahun) salah satu pegawai hononer Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pohuwato mendapat pengurangan kerja dari dari hari-hari biasanya. Selama bulan puasa, Ia hanya diminta untuk bekerja selama 4 jam sehari.

Pent-up Demand

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun