Lalu Ia memberi nasehat ajaib ini 'Lain kali, kalau ada yang menawarkan kesempatan seperti itu, ambil kesempatan itu! Semua bisa dipelajari"
Di pertengahan bulan Juni, sekitar tahun 1993, saat itu saya duduk di kelas 1 SMA. Dua orang kakak kelas masuk ke ruangan. Setelah meminta ijin kepada guru matematika karena telah menyela kegiatan belajar kami. Salah satu kakak kelas berujar "siapa diantara kalian yang sudah pernah ikut drum band?". Tak seorang pun dari kami yang mengacungkan tangan ke atas. Mereka lalu pamit dan berlalu, masuk ke ruangan kelas yang lain.
Setelah kakak kelas meninggalkan kami, guru matematika malah bukan melanjutkan pelajaran. Ia bilang begini "saya ini orang kampung, duabelas bersaudara. Kalian mungkin juga kebanyakan orang kampung. Saya tidak mungkin bisa mengubah nasib saya jadi guru kalau tidak punya nyali untuk mencoba. Mengapa kalian tidak ada yang tunjuk tangan?' Suaranya sedikit meninggi.Â
Dengan logat Batak yang kental dilanjutkanya "darimanalah kita tahu main drum band, klo pulang sekolah sudah bantu orang tua nya awak ke sawah, pulang dari sawah kasih makan babi, habis itu nanti masih angkatin air sambil pulang mandi, kerjaan awak baru habis klo sudah selesai makan malam'.
Lalu Ia memberi nasehat ajaib ini 'Lain kali, kalau ada yang menawarkan kesempatan seperti itu, ambil kesempatan itu! Semua bisa dipelajari" . Kata-kata itu diucapkannya sangat yakin. "Itulah gunanya mereka itu latihan". Ia menunjuk ke arah lapangan sekolah dimana suara drum terdengar ditabuh tak beraturan untuk persiapan 17 Agustus---sebulan lagi.
Ada adagium tentang ini 'ketekunanlah yang membuat batu menyerah pada air'
Insert cerita ini adalah kita manusia punya kemampuan untuk belajar dan jika seseorang memiliki kemauan yang keras, tidak sedikit yang menjadi lebih hebat dari orang yang punya latarbelakang ilmu dan pengalaman sebelumnya di bidang pekerjaan itu.
Saya ingin menceritakan kasus seorang lulusan SMK jurusan tata boga yang ahli membuat lapangan golf. Entah apa hubungannya, iya kan? Orang ini dulunya kacung bola golf, lalu menjadi ahli mendesain dan membuat lapangan golf. Ia mempelajarinya bertahun-tahun, sehingga sampai pada posisi ahli. Kontur lapangan golfnya bagaimana, orang bertanya padanya. Lapisan tanahnya pakai tanah seperti apa? Menanam karpet (rumput hidup) bagaimana? Ia faham betul soal-soal itu dan orang lain mengakuinya.
Jika seseorang memiliki kemauan yang keras, tidak sedikit yang menjadi lebih hebat dari orang yang punya latarbelakang ilmu dan pengalaman sebelumnya di bidang pekerjaan itu.
Kira-kira, menurut pembaca, andai orang ini sekarang melamar dengan modal CV SMK jurusan tata boga sebagai field manager ke sebuah perusahaan pengembang (developer) lapangan golf, bakalan diterima ngak?
Menerima Karyawan Tanpa CV
Ini pengalaman pribadi. Seingat saya, saya pernah menerima karyawan tanpa curriculum vitae. Surat lamaran, CV dan foto-copi ijazah dan kelengkapan lainnya menyusul. Saya bahkan belum kenal sebelumnya. Hanya insting saya yang menuntun saya, bahwa orang ini bisa diadalkan dalam tim saya.
Saat itu saya masih bekerja di salah satu anak perusahaan Astra International yang bergerak di bidang agribisnis yakni PT Astra Agro Lestari, Tbk (AAL) sebagai community development officer .