Jika petani mengolahnya menjadi kopra harganya berfluktuasi antara Rp 7.000--10.400 per kilo gram. Marjin kotor per kilo sekitar Rp 1.000 s.d 4.400 per kilo karena 1 kilo gram kopra setara dengan 4 daging kelapa segar.Â
Namun jika petani membuat jenis kopra putih, harga jualnya meningkat, yakni antara Rp 3.000 s.d 4.000 per kilo dari harga kopra biasa. Sayang, petani belum banyak yang membuat produk kopra putih.
Jika petani membuat "minyak kampung" nilai ekonomisnya rendah karena teknik pemrosesannya membuat rendemen minyak rendah. Jumlah 100 kelapa hanya dapat menghasilkan 20 liter minyak kampung.Â
Harga minyak kampung hanya Rp 18.000 per kilo dan serapannya rendah karena kurang kompetitif dengan minyak curah yang lebih murah.
Value Proposition komoditas kelapa dan turunananya
Potret pemanfaatan komoditas buah kelapa saat ini masih dapat di-improve guna mendapatkan hasil ekonomis yang lebih besar melalui intervensi pemrosesan sehingga diperoleh multiproduk kelapa dan turunannya.
Multiproduk kelapa dan turunannya dimaksud adalah:
- Virgin coconut oil (VCO) dibuat dalam volume yang cukup agar dapat dipasarkan ke industri kosmetik dan kecantikan. Rencana peningkatan produksi adalah 1.200 kilo gram atau 1,2 ton per bulan yang dihasilkan dari tiga rumah produksi yang sudah ada.
Cost structure (fixed cost dan variabel cost) berkisar 70 juta per ton dan revenue streams-nya sekitar 90 juta per ton. Kapasitas per tahun 14, 4 ton.
- Briquette charchoal (briket arang) diproses menggunakan bahan baku arang kelapa yang ketersediaanya cukup besar yakni sekitar 3.353 ton per tahun. Usaha ini adalah kegiatan mengubah arang batak kelapa menjadi briket arang yang pada dasarnya teknologi dan alat-alat produksinya dapat dilakukan dalam skala indutri rumah tangga.
Harga arang batok kelapa saat ini di tingkat petani adalah Rp 5.000 s.d Rp 5.300 per kilo gramnya. Mengubahnya menjadi briket menjadikan harganya lebih tinggi serta memiliki segmen pasar domestik dan internasional.
Cost structure (fixed cost dan variable coct) berkisar 5,5 juta per tonnya sedangkan revenue streams-nya sekitar 10 juta per tonnya. Kapasitas produksi sebesar 12.000 kilo gram atau 12 ton per tahun.
- Cocofiber dan cocopeat diperoleh dengan cara mengektrasi serat kulit kelapa dengan mesin produksi yang sama sehingga diperoleh dua hasil sekaligus yakni, cocofiber dan cocopeat.
Ketersedian bahan baku sabut kelapa cukup besar dan belum berharga. Jika dibeli di pabrik dengan harga Rp 500 ribu per ton akan dapat mengatasi adanya hambatan pengumpulan sabut kelapa (collecting) yang tersebar dari lapangan. Dengan biaya pengumpulan dan pengangkutan menjadi tanggung jawab supplier bahan baku batok kelapa yang akan diolah di pabrik atau fasilitas pemrosesan.
Cost structure (fixed cost dan variabel cost) cocofiber adalah sekitar 1,2 juta per ton. Sementara revenue streams-nya sekitar 3 juta per tonnya. Sedangkan cost tructrure (fixed cost dan variabel cost) cocopeat adalah 1,2 juta per ton, revenue streams-nya 3 juta per ton. Kapasitas produksi sabut kelapa 134, 6 ton per tahun.
- Bungkil adalah tailing dari proses ekstraksi daging buah kelapa menjadi VCO yang layak serta memiliki kandungan nutrisi untuk ternak babi dan ternak ruminasia. Â
Volume bungkil dari 1.200 kilo adalah 108 kilo gram atau 1.296 kilo gram per tahunnya. Nilai bungkil setara beli adalah @6.000 per kg atau Rp 7.776.000 setahun. Untuk memproduksi bungkil tidak diperlukan instalasi dan mesin pemrosesan khusus karena bungkil adalah buangan dari rumah produksi VCO.