Gambaran komoditas kelapa saat ini
Buah kelapa yang telah matang umumnya diolah petani menjadi kopra kemudian dijual ke produsen minyak makan curah. Sebagian lagi buah kelapa dipasarkan dalam bentuk buah segar (kelapa kupas) ke pasar tradisional untuk memenuhi konsumsi santan rumah tangga serta ke pabrik yang memproduksi santan dan olahan makanan lainnya di Kabupaten Boalemo. Volume hasil panen kelapa terbesar petani saat ini diolah menjadi kopra.
Dalam skala kecil, rumah tangga di pedesaan mengolahnya menjadi "minyak kampung" untuk konsumsi sendiri dan dalam jumlah kecil masuk ke pasar tradisional.
Pasar buah kelapa umumnya terbuka karena berasal dari lahan-lahan pertanian milik rumah tangga serta petani memiliki pilihan untuk menjualnya dalam bentuk buah segar atau mengambil dagingnya saja untuk kemudian dikeringkan menjadi produk kopra.
IntervensiÂ
Dua proses ini yakni buah kelapa segar kupas dan kopra meninggalkan sabut kelapa dan tempurungnya di petani.
Sabut kelapa umumnya belum bernilai. Karena belum bernilai, kulit buah kelapa lebih sering dibakar atau dijadikan bahan bakar untuk mengasapi kopra terutama jika musim penghujan. Namun secara keseluruhan jumlah sabut kelapa yang terbuang atau belum dimanfaatkan masih ratusan ton per tahun.
Sementara batok kelapa diolah menjadi arang dan telah memiliki harga jual yang cukup baik serta memiliki pasar yang luas.
Arang tempurung kelapa yang dihasilkan oleh petani umumnya ditampung oleh pedagang perantara, kemudian dipasarkan ke Kota Palu (Sulawesi Tengah). Distributor arang kelapa di Kota Palu kemudian menjualnya ke pabrik yang membuat produk briket arang atau karbon aktif di Pulau Jawa.
Apa yang berubah?
Jika petani menjual kelapa utuh ke pedagang perantara nilai kelapa hanya seharga Rp 1.000--1.500 per butir
Jika petani menjual kelapa kupas ke pasar tradional untuk kebutuhan santan rumah tangga nilainya menjadi Rp2.000 s.d 2.500 per butir, dan pedangang santan kelapa mendapat marjin Rp 1.000 s.d 2.000 per butir.