Selama 150 tahun terakhir, ekonomi-industri kita masih didominasi oleh model produksi dan konsumsi satu arah, di mana barang-barang diproduksi dari bahan mentah, dibuat, dijual, digunakan, dan kemudian dibakar atau dibuang sebagai limbah---ekonomi linier.
Ekonomi linier tak ubahnya seperti "ekonomi koboi", menimbulkan perilaku eksploitatif dan kekerasan. Memunculkan kompetisi manusia dan antar negara yang tidak jarang disertai dengan kekerasan guna merebut minyak bumi serta mineral berharga yang jumlahnya kian terbatas di bumi.Â
Di sisi lain, bumi menjadi reservoir dari semua emisi dan polusi barang-barang yang kita gunakan. Barang yang kita konsumsi dengan cara sekali pakai buang.
Populasi dunia dan jejak karbon (footprint)
Dalam laporan Sircularity GAP 2020 disebutkan, saat ini ada 7,6 miliar orang di seluruh dunia dengan 11,3 ton konsumsi per kapita.Â
Sebesar 2.010 juta ton limbah padat per tahun hanya di perkotaan saja. Konsumsi energi sebesar 13,1 miliar ton setara minyak per tahun untuk seluruh dunia.
Perumahan dan infrastruktur merupakan kebutuhan yang mewakili jejak pemanfaatan sumber daya alam terbesar dengan jumlah 38,8 miliar ton untuk konstruksi dan pemeliharaan rumah, kantor, jalan, dan infrastruktur lainnya --terutama di negara berkembang. Bahan konstruksi yang digunakan sebesar 28,7 miliar ton di seluruh dunia.Â
Ada 30 persen kegiatan agrikultur dari semua jenis pekerjaan di seluruh dunia yang memanfaatkan pupuk dan input pertanian lainya. Baru 10,7 persen limbah didaur ulang, rata-rata di seluruh dunia.
Technical cycle dan biological cycle
Mengoreksi cara produksi liner tersebut, paling tidak ada dua model yang dikembangkan para ahli sejauh ini yakni; technical cycle dan biological cycle.