Sirih-pinang, begitu biasanya disebut, adalah kudapan sehari-hari yang populer di Papua Barat pada kalangan tua dan mudanya.Â
Selain di Papua, komunitas penikmat sirih di Indonesia cukup banyak. Di Indonesia bagian barat, bagian sirih yang dikonsumsi adalah daunnya.
Sementara komunitas penikmat sirih di Indonesia bagian tengah dan timur lebih suka buah sirihnya.
Komunitas penikmat sirih di Indonesia bagian barat antara lain, Batak, Melayu, Talang Mamak, hingga Minangkabau.
Jika kita elaborasi lebih jauh, komunitas penikmat sirih yang masih bertahan hingga 'jaman now' adalah komunitas Karo, Batak Toba, Simalungun hingga Dairi yang berbatasan dengan Aceh. Jumlahnya sekarang sudah jauh berkurang, orang muda sudah malu menyirih.
Lebih dari itu, sirih pinang posisinya tidak terlepas dari adat-istiadat masyarakat kita.Â
Dalam pergaulan sehari-hari, fungsi sosial sirih, serupa kabel untuk menjalin pertemanan baru. Tawarkanlah sirih pinang dahulu baru terasa lancar membuka percakapan dengan orang lain.
**
Jika komunitas penikmat sirih di bagian Indonesia barat lebih suka mengunyah daunnya, di Indonesia bagin tengah dan timur, bagian sirih yang dimakan adalah buahnya.
Buah sirih yang masih segar warnanya hijau, panjang dan besarnya sedikit lebih besar dari cabe keriting.
Mereka ini, walaupun secara umum disebut orang Kaili atau 'To Kaili', pada dasarnya adalah sub etinik yang beragam. Kaili Rai, Kaili Ledo, Kaili Da'a, Kaili Tara, Kaili Doi, Kaili Ija, Kaili Unde, hingga Kaili Bunggu di dataran tinggi Donggala hingga Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Uniknya, semua kata yang berada di depan kata Kaili artinya adalah 'tidak'. Jadi, ada banyak macam bahasa dalam rumpun Kaili untuk mengatakan kata tidak.
**
Papua Barat, surganya penikmat sirih
Mengapa saya sebut surganya penikmat sirih? Mulai dari Manokwari-ibu kota Papua Barat hingga distrik-distrik di Papua Barat, tua dan muda, mengunyah sirih di rumah, di halaman, di jalan, di kampus, di bandara, hingga di kantor-kantor pemerintah.Â
Di Kantor Bupati Teluk Bintuni misalnya, saya tidak menemukan tempat membuang puntung dan abu rokok, yang ada justru tempat untuk membuang air sirih.
Jika di komunitas Indonesia bagian barat kaum mudanya sudah malu mengunyah sirih, orang Papua, tua dan muda, justry tetap bangga mengunyah sirih.Â
Banyak anekdot yang saya dengar yang mengisahkan seputar mahasiwa/i yang ditegur dosen karena mengunyah sirih di kampus.
Bukanya surut menyirih, si mahasiwa/i kukuh menyirih dengan dalil menyirih adalah bagian dari identitas orang Papua.
Nande-nande di Karo yang sedang berjualan di pasar, Â kalau mereka ingin menyirih, mereka memilih mengelompok. Kurang gambir bisa minta sedikit sama teman, sebalinya bisa kasih kapur ke yang lain yang kekukurangan kapur sirih. Asyik lihatnya.
Di pasar-pasar tradisional yang ada di Papua Barat, cukup mudah menemukan penjul sirih pinang, hampir di setiap gang yang memisahkan lapak-lapak para pedagang itu ada penjual sirih pinang.
Selain yang dijajakan dalam bentuk yang sudah ditumpuk, pinang muda dalam mayangnya juga banyak yang jual.Â
Konsumsi pinang yang tinggi di Papua membuat pinang dari daerah lain masuk, umumnya pinang yang sudah diiris-iris, dikeringkan, sehinga tampak seperti uang koin.
Orang Papua menanam pinang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, jika kurang bisa beli di pasar. Pinang itu, seperti disebut di atas, masuk dari daerah lain karena konsumsi pinang di Papua cukup tinggi.
Sirusu, balai pertemuan
Sirusu adalah tempat menyelenggarakan rapat urusan desa dan urusan adat. Kurang lebih sama dengan bangunan pemerintah yang disebut balai desa. Bedanya dengan balai desa mungkin pada falsafah kontruksi bangunan.Â
Umumnya balai desa adalah arsitektur yang agak 'sekuler', sementara Sirusu dibangun dengan cara berbeda, penempatan ruang dan kontruksinya berakar pada adat setempat.
Kita lanjut dulu ke sirih pinang ya!
Penting untuk membawa sirih pinang untuk ditawarkan ke orang-orang yang datang hanya mendengar, berpatisipasi langsung terutama para tokoh yang akan mengambil keputusan rapat. Â
Jika dua orang atau lebih sudah akrab, segera terbit kepercayaan, kepercayaan mempermudah urusan.
Sirih pinang dulu, baru bicara. ***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H