Mereka ini, walaupun secara umum disebut orang Kaili atau 'To Kaili', pada dasarnya adalah sub etinik yang beragam. Kaili Rai, Kaili Ledo, Kaili Da'a, Kaili Tara, Kaili Doi, Kaili Ija, Kaili Unde, hingga Kaili Bunggu di dataran tinggi Donggala hingga Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Uniknya, semua kata yang berada di depan kata Kaili artinya adalah 'tidak'. Jadi, ada banyak macam bahasa dalam rumpun Kaili untuk mengatakan kata tidak.
**
Papua Barat, surganya penikmat sirih
Mengapa saya sebut surganya penikmat sirih? Mulai dari Manokwari-ibu kota Papua Barat hingga distrik-distrik di Papua Barat, tua dan muda, mengunyah sirih di rumah, di halaman, di jalan, di kampus, di bandara, hingga di kantor-kantor pemerintah.Â
Di Kantor Bupati Teluk Bintuni misalnya, saya tidak menemukan tempat membuang puntung dan abu rokok, yang ada justru tempat untuk membuang air sirih.
Jika di komunitas Indonesia bagian barat kaum mudanya sudah malu mengunyah sirih, orang Papua, tua dan muda, justry tetap bangga mengunyah sirih.Â
Banyak anekdot yang saya dengar yang mengisahkan seputar mahasiwa/i yang ditegur dosen karena mengunyah sirih di kampus.
Bukanya surut menyirih, si mahasiwa/i kukuh menyirih dengan dalil menyirih adalah bagian dari identitas orang Papua.