Kantong plastik dan sejenisnya hanyalah satu dari bentuk plastik. Sejauh ini masih dianggap "sampah dari sampah" karena tidak ekonomis dibandingkan bentuk plastik lain yang didaur ulang untuk membuat biji plastik--bahan baku untuk membuat produk baru.
Jika sampah kantong plastik masih momok bagi lingkungan hidup---karena konsumsinya terus tumbuh serta belum terkelola dengan baik. Pada pertengahan tahun ini, kami memutuskan untuk menambah satu lagi unit pemrosesan daur ulang, yakni kantong plastik.
Dengan demikian, Kabupaten Pohuwato saat ini memiliki 3 unit pemrosesan sampah an-organik yakni; sampah plastik, kertas/kardus, serta kantong plastik/plastik film.
Jenis terakhir ini memang tidak pernah dilirik para enterpreuner karena masih dianggap tidak bernilai ekonomi. Bikin apa itu sampah kantong plastik? Mungkin kira-kira demikian selintas pemikiran yang umum.
Saat memulai ini, kami tidak berpikir untuk menyewa konsultan yang datang mengajari kami selama seminggu lalu pulang. Tidak. Kami belajar secara induktif. Memulainya dengan mengenali jenis plastik, karakteristiknya, cara mengolahnya, agar dapat dimanfaatkan menjadi produk baru yang berguna dalam sudut padang baru yang disebut ekonomi sircular.
Produk pertama yang kami buat dari daur ulang sampah plastik ini adalah bata plastik. Pembuatan bata plastik ini dilakukan dengan cara yang sama. Belajar induktif: melakukan riset kecil-kecilan hingga menemukan metode yang paling tepat untuk membuat bata plastik yang cantik dan kuat ini.
Setelah berhasil membuat 2-3 bata plastik, sudah puas? Belum.Â
Ini bahkan baru permulaan. Selanjutnya, memproduksinya secara massal. sebelumnya baru buat 2-3 biji, ke depan rencana produksinya 500, 700, 1.000 biji per bulan. Begitu rencana usaha ini ke depan.Â
Mengingat karakteristik kantong plastik jenis ini cukup beragam, pelung untuk mengembangkan dua sampai tiga produk berbeda lainnya masih dimungkinkan. Plastik jenis LDPE mungkin tidak untuk bahan membuat bata plastik. Demikian jenis plastik PP dan HDPE yang secara volumen jenisnya paling besar.
Pada masa-masa yang akan datang rencana usaha membuat papan plastik (plastic board) dan paving block--produk bangunan untuk eksterior--menggunakan bahan sampah kantong plastik yang sudah mengalami pemprosesan tingkat pertama dan kedua, sebelumnya.
Seratus kilo per minggu dibandingkan dengan volume plastik harian yang terbuang jumlah tersebut masih tergolong kecil, namun peningkatan produksi sangat dimungkinkan karena bahan baku sejatinya sangat melimpah.
Dalam gambar di bawah ini terlihat bagaimana teman-teman pengelola TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) serius melakoni usaha ini. Raw material plastik hasil daur ulang, dari hari ke hari semakin banyak.Â
Perkerjaan semacam itu tidak berat namun butuh waktu. Terutama karena pekerjaan ini  masih dilakukan dengan cara semi mekanis. Sebagian proses produksi dilakukan secara manual (pemilahan dan pengeringan) sebagian menggunakan cara mekanis yakni dengan mesin pencacah sampah plastik.
Perkembangan ini membut asa terpelihara. Jika kami berhenti, kami hanya akan membuat sebuah titik. Pernah memulai sesuatu lalu berhenti. Kami ingin membuat kurva.
Kurva yang menunjukkan kapan usaha ini dimulai, bagaimana perjalananannya, pasang-surutnya, hingga menjadi sebuah usaha yang mandiri serta mapan yang dapt menyelesaikan persoalan lingkungan dan memberi manfaat ekonomi bagi manusia.Â
Apakah punya prospek ekonomi?
Sampah kantong plastik jika dilihat sebagai bahan baku dalam perspektif bisnis, harganya NOL, biaya olah per kilo Rp500 per kilo gramnya. Bata plastik dapat dipasarkan Rp.1500-Rp.2000 per biji. Harga batu bata per biji saat ini di pasar lokal Rp. 2.000 per biji.Â
Selain lebih murah dari kompetitornya, bata plastik lebih tahan lama, ringan, serta telah terbukti dapat diaplikasikan untuk bahan bangunan. ***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H