Jika danau ini sudah penuh, maka air akan segera meluapi jalan raya, merendam rumah-rumah penduduk yang ada disekitarnya berikut hunian penduduk pada kiri kanan jalan raya Limboto-Gorontalo.
Luas danau itu telah berkurang karena penggunaan tepian danau dijadikan hunian masyarakat, tempat pembuangan sampah, lokasi pengembalaan ternak, keramba ikan tawar serta penggunaan aqua-kultur lainnya.Â
Pendangkalan terjadi karena erosi tanah permukaan dari kawasan pertanian di atasnya serta biomassa enceng gondok yang mati kemudian tenggelam ke dasar danau.
Saat ini, kedalaman danau itu bervariasi antara 1-4 meter, dulunya kedalamanya mencapi 30 meter.
Keberadan enceng gondok menghambat lalu lintas nelayan danau, ada ratusan penduduk setiap hari mencari ikan di danau itu.
Enceng gondok juga merusak estetika, Benteng Otanaha-Danau Limboto-dan Rumah Pendaratan Bung Karno sejatinya dapat menjadi kawasan wisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.Â
Benteng Otanaha adalah tinggalan dari masa Portugis. Persis di bawahnya terdapat Danau Limboto dan rumah bersejarah tempat pendaratan Bung Karno pada era revolusi kemerdekaan.
Sebagai pencegahan banjir, pengerukan danau saat ini masih terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Namun, pengendalian tanaman invasif enceng gondok sepertinya belum mendapat porsi perhatian yang layak, sebagai ganguan eksosistem akuatik di Danau Limboto yang perlu penanganan secara serius.
Bacaan:Â
- Badan Karantina Pertanian, 2017. Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Badan Karantina Pertanian Indonesia, Deskripsi dan Visualisasi Jenis Asing Invasif.
- Sapdi, 2009. Jurnal Agrista Volume 13 No.1. Implikasi Keberadaan Spesies Invasif Eceng Gondok Terhadap Komunitas Serangga Parasitoid.
- Dr. Titiek Setyawati, Kuliah Umum : Pengelolaan Spesies Invasif Asing di Indonesia https://sith.itb.ac.id/id/httpwww-sith-itb-ac-idp3348
- Yuke Mardiati, 2014. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Karakter fisiologi merremia peltata (l.) Merrill asal Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H