Orang Laut berada di sebagian garis pantai Indonesia yang panjangnya mencapai 100.000 kilo meter. Mereka umumnya membentuk pemukiman di pesisir-pesisir pantai dengan mata pencaharian yang berorientasi ke laut. Di Selat Malaka, Kepulauan Riau, mereka bukan saja mengisi pulau-pulau tak perpenghuni tetapi melayari selat-selat dangkal yang jarang di patroli angkatan laut kita.
Orang Laut adalah nama generik, namun beberapa penggunaan nama lain adalah "sea nomads", Gipsi Laut, Orang Perahu, Bajau, Bajo, dan beberapa sebutan lain yang pada dasarnya merujuk pada suku bangsa yang lebih banyak menggarap sumber daya laut dan pesisir dibandingkan dengan sumber daya di teresterial (daratan).
Hingga abad ke-19 mereka memiliki peranan khusus di Kerajaan Melayu Lingga untuk mengamankan pelayaran yang sibuk di Selat Malaka yang sempit, dangkal, serta berkelok-kelok dari ancaman para lanum atau rompak laut Selat Malaka yang tersohor kejam.
**
Kita tidak akan tersesat di Pulau Batam, Tanjung Pinang, dan Lingga. Namun pada gugusan pulau-pulau kecil di Selat Malaka, puluhan pulau yang berpenghuni dan yang tak berpenghuni yang ukurannya kecil-kecil dan membingungkan, Orang Laut sangat paham seluk beluk pulau itu.
Penjelajahan tak luput ke Pulau Mabong, Pulau Belubang, Pulau Cempa, Pulau Cumpa, Pulau Pasir Panjang, Pulau Tukul, Pulau Tanjung Kelit, Pulau Lipan, Pulau Mamut, Pulau Ujung Kayu, Pulau Manik, Pulau Banding, Pulau Senayang, Pulau Anak Hile, Pulau Laut, Pulau Lutung, Pulau Ujung Beting, Pulau Labah, Pulau Belakang Hutan, Pulau Cando, Pulau Kentar, Pulau Buluh, Pulau Pungguk, Pulau Kongki, Pulau Renaan, Pulau Mensuma, dan Pulau Kojang.
- Desa Tamiang terdiri dari Pulau Gabah, Tekoli, Tajur Biru, Limas, Pulau Medang, Teban dan Senang. Tajur Biru adalah Ibu kota Desa Tamiang.
- Desa Pulau Medang meliputi pulau: Benan, Nopong, Baru, Bukit, Merondong, Mesanah, dan Duyung.
- Desa Pasir Panjang terdiri dari pulau Berjong, Mabong, Belubang, Cempa, Cumpa, Pasir Panjang, dan Tukul. Sebagian dari Pulau Tukul (utara dan barat) adalah wilayah administrasi Desa Mamut.
- Desa Mamut meliputi pulau Tanjung Kelit, Lipan, Mamut, Ujung Kayu, dan Manik.
- Desa Rejai terdiri dari pulau Baran dan Rejai.
- Kelurahan Senayang terdiri dari pulau Baning, Senayang, Anak Hile, Laut, Lutung, Ujung Beting, Labah, Belakang Hutan, Cando, Kentar, Buluh, Pungguk, Kongki, Renan, Mensuma, dan Kojang.
Dewasa ini, dengan munculnya industri perikanan, program pemukiman kembali Orang Laut (resetlemen penduduk oleh pemerintah), serta meningkatnya perebutan lahan penangkapan ikan di wilayah pemanfaatan tradisional mereka menjadi faktor yang secara serius memarginalkan Orang Laut.
Hanya sedikit sisa dari kelompok Orang Laut yang masih hidup dengan cara lama (nomaden).Â
Ikan hidup atau ikan segar hasil tangkapan mereka adalah sumber uang tunai harian yang dipergunakan untuk membeli kebutuhan sembako dan barang-barang kelontong yang mereka perlukan sehari-hari.Â
Orang Laut menjalin hubungan dengan para toke lokal dalam sistem yang bercorak patron-klien.
Kelompok Orang Laut yang tidak terlalu terikat dengan perekonomian di darat, selama bulan-bulan, dimana air laut lebih tenang, Orang Laut melakukan perjalanan memancing yang lebih lama. Seringkali dalam kelompok kecil yang dapat berlangsung antara beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Pada musim hujan dimana air laut pasang, ombak lautan menjadi tinggi, pola pergerakan spasial mereka cenderung berputar di sekitar rute penangkapan ikan tertentu yang relevan dengan kegiatan penangkapan ikan sehari-hari, pada selat-selat dangkal di belakang hutan mangrove/bakau yang dapat melindungi perahu mereka dari arus laut serta terpaan angin yang kencang.
Sementara kehidupan Orang Laut di pulau-pulau utama atau yang besar, dimana kegiatan pengawetan ikan kering berkembang, perempuan Orang Laut mengambil upah harian dengan membelah ikan teri serta dan tenaga kerja di lapak-lapak penjemuran ikan.Â
Usaha-usaha pengeringan ikan itu umumnya dikendalikan oleh warga Tionghoa atau keturunan yang telah menjadi bagian dari populasi kota dan desa di Riau Kepulauan selama beberapa dekade.
Pemilik dapur arang itu sebagian besar adalah warga Tionghoa. Orang Laut menjadi pemasok bahan baku arang yakni kayu dari hutan bakau serta terlibat dalam kegiatan di tungku pembakaran.
Peta yang ditandai nomor 4 di atas menunjukkan bahwa Pulau Natuna adalah wilayah pemanfaatan tradisional Orang Laut.
Referensi:
The Sea Nomad: A Study of the Maritime Boat People of Southeast Asia. David E. Sopher, 1977
Understanding Social-Wellbeing and values of small -scale fisheries among the Sema-Bajau Archipelagic Southeast, Nastasha Ellen, dkk Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H