Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Orang Polahi Boleh Kawin-mawin dengan Saudara Sendiri?

30 November 2019   18:34 Diperbarui: 8 Desember 2019   03:48 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sidat atau 'sogili' salah satu makanan kesukaan Polahi (Doc. Marahalim Siagian)

Penelusuran pertama 2016, saya bertemu dengan seorang Polahi bernama Toleya. Ia tinggal bersama orang desa di Desa Tamilo Kecamatan Saritani Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo--kawasan ini juga dikenal dengan nama Daerah Paguyaman. 

Terpisah dari kelompoknya, induk semang Toleya menuturkan, sekelompok Polahi dulu ada di dekat Desa Tamilo. 

Penduduk curiga mereka mencuri dan memakan sapi penduduk lokal. Penduduk lokal yang kesal lantas mengumpani mereka dengan makanan berisi pupuk. Konon satu kelompok Polahi itu mati, Toleya tidak.

Bersama Toleya, Orang Polahi yang tinggal bersama orang desa di Paguyaman. Jari kaki Polahi umumnya bengkok diduga hal itu berkaitan dengan adaptasi fisik mereka dengan medan yang berbukit dan bergunung (Docpri)
Bersama Toleya, Orang Polahi yang tinggal bersama orang desa di Paguyaman. Jari kaki Polahi umumnya bengkok diduga hal itu berkaitan dengan adaptasi fisik mereka dengan medan yang berbukit dan bergunung (Docpri)
Jika cerita itu benar, apakah Toleya tidak punya lagi saudara? Barangkali dari garis bapak atau garis ibunya?

Saya mendapat keterangan tambahan dari Toleya mengenai kelompok-kelompok Polahi yang masih di hutan serta yang sudah dimukimkan oleh pemerintah melalui program (Komunitas Adat Terpencil). Dengan keterangan tambahan tersebut, saya membuat peta orientasi pelacakan.

Peta orientasi Polahi yang dibuat pra ekspedisi tahun 2016 (Dokpri)
Peta orientasi Polahi yang dibuat pra ekspedisi tahun 2016 (Dokpri)
**

Pangahu 67 Mdpl

Kami berangkat dengan tim beranggotakan 11 orang dari Desa Pangahu. Desa Pangahu Kecamatan Asparaga Kabupaten Boalemo Propinsi Gorontalo berbatasan dengan hutan Suaka Marga Satwa Nantu. Saya mengambil titik koordinatnya dan melihat ketinggiannya hanya 67 m di atas permukaan laut. Cukup rendah batin saya, maklum perokok pasti akan ngos-ngosan kalau mendaki bukit apalagi gunung.

Kami melewati petak-petak kebun jagung masyarakat. Terpapar terik matahari karena berangkat pagi menjelang siang. Baru lima ratus meter berjalan kaki, keringat mulai bercucuran, tenggorokan kering, mulai haus.

Berjalan sekitar 1.5 kilo meter, jalan sudah mulai dipayungi pepohonan. Meniti jalan setapak yang dilindungi pepohonan menguntungkan. Bekal air mineral kami tidak akan cepat habis. Kami mengaso sebentar, mengambil beberapa foto dokumentasi.

Tim ekspedisi bertolak dari Pangahu menuju Suaka Margasatwa Nantu-Pegunungan Bolyohuto (Doc. Marahalim Siagian)
Tim ekspedisi bertolak dari Pangahu menuju Suaka Margasatwa Nantu-Pegunungan Bolyohuto (Doc. Marahalim Siagian)
Kami melanjutkan perjalanan. Mula-mula dari ketinggiaan 67 mdpl lalu 100 mdpl, 200 mdpl, 300 mdpl, 400 mdpl, elevasinya sekitar 45 derajat. Mendaki bukit dengan ransel posisi dibelakang menguras tenaga. Pinggang rasa mau patah, nafas ngos-ngosan. Di ketinggian 400 mdpl tim berkumpul, beberapa anjing tenaga lokal menyertai kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun