Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Orang Polahi Boleh Kawin-mawin dengan Saudara Sendiri?

30 November 2019   18:34 Diperbarui: 8 Desember 2019   03:48 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan ke lokasi komunitas Polahi tidak bisa ditempuh dalam perjalanan satu hari, tim mendirikan tenda dan bivak untuk bermalam (Doc. Marahalim Siagian)

Mengapa Keterangan dari Penduduk Desa Diperlukan?

Hampir mustahil ada sukubangsa yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk masyarakat yang masih nomaden atau berpindah-pindah. 

Masyarakat yang hidupnya dengan cara berburu dan meramu.  Memenuhi kebutuhannya dengan menggali umbi-umbian liar, humbut rotan, memungut jamur, madu, buah liar, memancing ikan, serta berburu hewan liar lainnya.

Sebagian besar kebutuhan mereka dapat tercukupi dengan cara itu, namun mereka tetap butuh barang dari dunia luar yang tidak dapat mereka buat sendiri. Garam misalnya, adalah mineral penting diperlukan tubuh manusia untuk hidup. 

Hewan mamalia (hewan menyusui) mendapatkannya dari salt lick- air asin alami dari kubangan air di hutan atau menjilati tanah yang mengandung garam. 

Manusia tidak mungkin melakukan hal yang sama-- mejilati tanah yang mengandung garam atau meminum air dari salt lick yang mengandung garam.

Kemungkinannya ada dua. Polahi mendapatkan garam serta barang-barang lain yang tidak bisa mereka buat melalui pihak perantara--jika mereka menghindari banyak kontak dengan masyarakat luar. 

Kedua, mereka sesekali turun ke pasar melakukan barter atau membeli garam, kain, periuk, kapak, serta perkakas hidup lainnya yang mereka butuhkan di hutan namun tidak dapat mereka buat sendiri.

Di Sumatera (Jambi), peran perantara dunia luar dengan remote area (masyarakat hutan atau pedalaman) dilakukan oleh Jenang dan Waris. 

Pada Dayak Punan di interior hutan Kalimantan, dimasa lalu melakukan barter dengan toke yang mudik ke hulu sungai membawa garam, barang-barang berbahan logam, termasuk guci atau tempayan yang berharga bagi mereka. Barang dari luar itu di barter oleh toke dengan hasil hutan seperti gaharu yang bernilai tinggi di pasar.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun