Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasib Satwa Kita di Alam Liar Amat Celaka, Ini Cara Kita Membantunya!

26 November 2019   18:13 Diperbarui: 15 Maret 2021   09:58 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi orang utan yang diseludupkan (Doc. Wildlife Crime Unit, WCS)

Peta kuliner suatu masyarakat dibentuk oleh agama dan budaya. Apa yang boleh dimakan memerlukan pengesahan agama dan budaya. Satwa yang halal dan yang haram untuk dimakan rujukannya menggunakan agama. Selain itu, budaya juga mengatur peta makanan suatu masyarakat. Monyet misalnya, tidak semua masyarakat menempatkannya dalam peta kuliner mereka, namun ada sejumlah masyarakat yang memiliki peta kuliner yang luas. Pemenuhan konsumsi populasi manusia yang besar mendorong beberapa jenis satwa terdorong sampai ke ambang kepunahan. (Doc. Tribun Manado/ Finneke Wolajan)
Peta kuliner suatu masyarakat dibentuk oleh agama dan budaya. Apa yang boleh dimakan memerlukan pengesahan agama dan budaya. Satwa yang halal dan yang haram untuk dimakan rujukannya menggunakan agama. Selain itu, budaya juga mengatur peta makanan suatu masyarakat. Monyet misalnya, tidak semua masyarakat menempatkannya dalam peta kuliner mereka, namun ada sejumlah masyarakat yang memiliki peta kuliner yang luas. Pemenuhan konsumsi populasi manusia yang besar mendorong beberapa jenis satwa terdorong sampai ke ambang kepunahan. (Doc. Tribun Manado/ Finneke Wolajan)
Seperti halnya kita manusia, satwa juga peka terhadap perubahan dilingkungannya. Hutan yang terbuka misalnya, akan membuat beberapa jenis katak tidak lagi bisa bertahan hidup. Pilihannya, pindah ke tempat lain yang lebih sejuk--jika ada, atau punah di tempat.

Satwa-satwa itu tidak dapat menyuarakan nasibnya, kitalah yang perlu membantu menyuarakannya.

Kasus kejahatan satwa liar lintas negara 

Perdagangan satwa liar karena sifatnya tertutup, hanya sedikit yang terungkap. Di antara kasus yang terungkap, banyak juga yang hilang di tengah jalan, apakah karena pelakunya kabur, kurang bukti, buktinya rusak, dan seterusnya.

Kasus yang masuk ke pengadilan umumnya divonis ringan, rata-rata di bawah satu tahun. Padahal effort untuk membuktikan kejahatan satwa liar biasanya cukup panjang serta melelahkan. 

Ada kalanya investigator satwa liar "tiarap" berbulan-bulan di lokasi sasaran agar memiliki informasi yang sahih agar dapat ditindaklanjuti aparat penegak hukum. 

Proses hukum terhadap poacher atau pedagang penampung perlu bukti cukup dan kuat karena Polisi dan aparat hukum lainnya tidak bisa bertindak berdasarkan gosip.

Beberapa kasus kejahatan satwa liar lintas negara yang terpantau dan mendapat perhatian antara lain.

Data sheet diolah dari Wildlife Crime Unit, WCS, 2019
Data sheet diolah dari Wildlife Crime Unit, WCS, 2019
Tipe dan Modus 

Tipe perdagangan satwa liar dalam bentuknya yang konvensional dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung antara pembeli dan penjual.

Namun sekarang telah berkembang ke level yang lebih kompleks, semisal, melalui e-commerce dan jejaring media sosial (BBM, Twitter, Facebook, WhassApp, Telegram) sehingga membuat transaksi menjadi lebih praktis, aman, serta dapat menjangkau wilayah dan pasar yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun