Kata-kata lelah melukiskanmu
tak tahu kenapa, puisi menyerah
dari menyairkanmu padahal kau
menyandang nama penyair hebat
seakan fiksi jika harus mengurai ceritamu
tapi bila fiksi dibiarkan akan hilang dari ide
aku enggan terkuras ide
karena aku tak rela kehilangan kisahmu
Kau menawan hatiku
bukan karena kau rupawan atau menawan
hidung mancungmu, mata indahmu,
putih kulitmu, tak berarti apa-apa untukku
kututup mataku dari semua kesempurnaan
fisikmu, karena kita berbangsa serupa
yang membuat aku terpikat
kesamaan kita dalam tarbiah dan dakwah
Perdengarkan aku manjamu, adinda
pasti akan sangat menyenangkan
karena aku tau desahmu adalah
dakwah yang belum sempat kau lepas
 kau pasti bisa memanjakan aku
dengan dakwah
Bila kau ingin menyentuhku lagi
kubuka pintu untukmu
sebab aku paham rabamu kesetiaan
merangkul dakwah bersamaku
bagaimana aku menggoreskan
sedang kau sangat bijak membaca
lukisan dakwah? Bagaimana kurangkai
kata-kata indah puisi ukhuwah
sementara kau sejak lama menggeluti
cerita dakwah?
Aku kehabisan kata, tak mampu lagi
mengukir cerita-ceritamu
yang masih tertinggal adalah rasa
jika ceritamu ingin diteruskan
akan kutulis dengan rasa
pada akhirnya sampai pada cinta
jika ceritamu ingin kukisahkan
dengan cinta, kau harus lebih dulu
mencintaiku karena Allah Swt.
karena aku, kau dan dakwahÂ
dipertemukan oleh cinta-Nya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H