Di dalam organisasi pembelajaran kampus itu, sejumlah mahasiswa tengah menjalankan amanah tanggung jawab yang telah disumpah jabatan pada 27 Februari tahun ini (2021).
Wadah pembelajaran itu ibarat pohon. Akar, batang, ranting, daun, dan buah menjadi satu kesatuan sehingga disebut pohon.
Duapuluh tujuh, setelah bulan januari itu beragam bagian pohon yang dibagikan oleh sistem peraturan tertulis dan musyawarah senior serta alumni.
Â
Teman satu angkatan mendapat jatah batang.
Saya sendiri mendapat amanah menjadi ranting.
Ketiga tingkat mendapat jatah sebagai buah, daun hingga kelopak bunga.
Desember nanti mudah-mudahan menjadi akhir dari sebuah tanggung jawab sebuah pohon.
Misinya, komponen pohon ini harus melahirkan buah nan harum dicium, manis dirasa, elok dipandang.
Tetapi, jalan tol tak selalu lurus. Masih ada kelok walau tak tajam.
Kami ibarat pohon ditengah tandusnya gurun. Selalu mengharapkan turunnya hujan sebagai minuman.
Kami ibarat pohon yang hidup di tanah tanpa humus. Harus bertahan walau tak bergizi.
Kami ibarat pohon yang telah dipotong akarnya. Bisa saja kami mati!.
kami Ibarat pohon yang terus diburu untuk ditebang. Kami dibayang cemas, banyak tukang kayu yang menginginkan kami untuk diolah.
Kami ibarat pohon yang selalu dipaku untuk ditempel iklan barang. Dimanfaatkan karna tak mampu menolak.
Pohon itu selalu mencemaskan kemarau. Seolah menjadi musuh yang tak ada lawan.
Runtuhnya daun kering dihiasi jingga senja sore, pasti ditunggu orang sebagai penghias mata telanjang.
Sebatang pohon yang tak rimbun, keropos ranting serta buah yang selalu gugur mencoba tegar bertahan.
Saat musim hujan tiba. Ia selalu berharap akan suburnya tanah tempat ia hidup.
Â
Ditemani minuman merah, setelah bulan hujan, tepat tanggal empat masih situasi pandemi.