Kami ibarat pohon yang hidup di tanah tanpa humus. Harus bertahan walau tak bergizi.
Kami ibarat pohon yang telah dipotong akarnya. Bisa saja kami mati!.
kami Ibarat pohon yang terus diburu untuk ditebang. Kami dibayang cemas, banyak tukang kayu yang menginginkan kami untuk diolah.
Kami ibarat pohon yang selalu dipaku untuk ditempel iklan barang. Dimanfaatkan karna tak mampu menolak.
Pohon itu selalu mencemaskan kemarau. Seolah menjadi musuh yang tak ada lawan.
Runtuhnya daun kering dihiasi jingga senja sore, pasti ditunggu orang sebagai penghias mata telanjang.
Sebatang pohon yang tak rimbun, keropos ranting serta buah yang selalu gugur mencoba tegar bertahan.
Saat musim hujan tiba. Ia selalu berharap akan suburnya tanah tempat ia hidup.
Â
Ditemani minuman merah, setelah bulan hujan, tepat tanggal empat masih situasi pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H