Mohon tunggu...
M.A Rachman
M.A Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - -

"sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasib Pohon

4 Juli 2021   03:33 Diperbarui: 4 Juli 2021   03:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kami ibarat pohon yang hidup di tanah tanpa humus. Harus bertahan walau tak bergizi.

Kami ibarat pohon yang telah dipotong akarnya. Bisa saja kami mati!.

kami Ibarat pohon yang terus diburu untuk ditebang. Kami dibayang cemas, banyak tukang kayu yang menginginkan kami untuk diolah.

Kami ibarat pohon yang selalu dipaku untuk ditempel iklan barang. Dimanfaatkan karna tak mampu menolak.

Pohon itu selalu mencemaskan kemarau. Seolah menjadi musuh yang tak ada lawan.

Runtuhnya daun kering dihiasi jingga senja sore, pasti ditunggu orang sebagai penghias mata telanjang.

Sebatang pohon yang tak rimbun, keropos ranting serta buah yang selalu gugur mencoba tegar bertahan.

Saat musim hujan tiba. Ia selalu berharap akan suburnya tanah tempat ia hidup.

 

Ditemani minuman merah, setelah bulan hujan, tepat tanggal empat masih situasi pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun