Akhirnya terjawab juga penasaran saya. Warnanya gelap. Â Sama dengan warna yang dipegang Pak Wabup. Bentuk 'bokong' juga sama yang dipegang Pak Wabup. Tak semontok yang ditangan Pak wabup.
Kalau di Seychelles, namanya 'Coco de mar' alias Kelapa Laut. Keterangan yang ada di museum Gunung Tabur namanya buah 'Paung Janggi'.
Diletakkan disebelah kanan 'Sulimbar'. 'Paung Janggi' sebetulnya dalam kondisi utuh. Hanya, dibelah dua, dan belahan itu berfungsi sebagai penutup. "Sudah lama berada di museum dan ditempatkan dekat 'Sulimbar itu. Soal manfaatnya, ada penjelasan tertulis disekitar 'sulimbar',"kata petugas museum.
'Paung Janggi' ini, bagian dari properti saat wanita akan melahirkan. Â Makanya 'Coco de mar' atau 'Paung Janggi' berada tak jauh dari 'Sulimbar', ranjang yang digunakan selama proses melahirkan. Â Ada juga tembikar dari kuningan, untuk menempatkan Tembuni (Ari-ari).
Yang menarik, dalam keterangan itu disebutkan bahwa buah 'Paung Janggi' pernah tumbuh di sekitar Sungai Birang, kecamatan Gunung Tabur. Namun sudah punah.
Saya beberapa kali melewati Sungai Birang, anak sungai Segah. Banyak buayanya. Â Sungai yang sering membuat pekerja sarang Walet, terserang sakit Malaria. Kira-kira disebelah mana pohon 'Paung Janggi' pernah tumbuh dan sekarang sudah punah.
Kalaulah, 'Coco de mar' juga adalah 'Paung Janggi', sama dengan yang ada di Seychelles, yang di pundak Pak Agus Tantomo, kira-kira bagaimana ceriteranya hingga bisa berada di kerabat keraton Sultan Gunung Tabur.
Apakah juga, menjadi salah satu cinderamata yang diberikan kepada Sultan waktu itu, karena buah ini memang dianggap buah langka dan memiliki nilai yang tinggi. Sebagai bagian dari diplomasi antar kesultanan.
Rasa penasaran saya belum terjawab seluruhnya. Â Saya masih harus mencari tokoh masyarakat ataupun kerabat kesultanan Gunung Tabur, yang tahu ceritera hadirnya buah 'Paung Janggi' di museum Batiwakkal. Buah yang di Seychelles, namanya 'Coco de mer'.
 Keterangan foto: Kolase Foto Pak Agus Tantomo memegang tempurung  kelapa 'Coco de mer' saat berkunjung ke Republik Seychelles. Ditangan penulis (kiri), dengan bentuk tempurung yang mirip, menemukan saat berkunjung ke Museum Batiwakkal, Gunung Tabur, Berau.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI