Mohon tunggu...
Mappa mancu
Mappa mancu Mohon Tunggu... -

Seorang dokter hewan yang tidak ingin jatuh cinta terhadap pasiennya, tetapi ingin memahami dan memaknai setiap kata cinta pasiennya, cinta terhadap kelestarian alam dan marga satwa, cinta terhadap kedamaian dan persaudaraan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Mas Karebet Atau Sekedar Kabaret?

27 April 2014   16:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah segala pro dan kontra, menjelang pemilihan presiden. Menulis, membicarakan atau malah memperdebatkan seorang Joko Widodo (Jokowi) selalu menjadi hal yang seksi. Sekedar menulis sosok tersebut, saya berharap semoga tulisan ini tetap berada dititik netral, bukan yang menghina tapi jelas tidak memuja seorang Jokowi.

Jokowi, mengingatkan saya pada dua tokoh yang pernah tenar di Jagat Nusantara. Satu tokoh tersebut hidup dimasa lalu, dan kita mengenalnya sebagai  Joko Tingkir (Mas Karebet). Kemudian yang kedua adalah Veri Affandi sang pemenang kontes pencarian bakat disalah satu stasiun televisi swasta beberapa masa silam.

Jokowi mengingatkan saya pada Joko Tingkir karena dua alasan. Pertama karena namanya yang sama-sama di awali dengan Joko. Kedua, takdir hidup mereka mungkin saja akan sama menjadi raja walau dalam dimensi bentuk dan waktu yang berbeda.

Joko Tingkir adalah tokoh besar dijamannya, hal itu dibuktikan dengan kemampuannya mendirikan kerajaan Pajang. Joko Widodo pun tak bisa dinafikan keberhasilannya dalam membangun kota Solo selama masa kepemimpinannya di daerah itu.

Dalam Babad Tanah jawi di ceritakan Joko Tingkir adalah seorang pemuda yang pandai menarik simpati orang lain. Bahkan Raja Demak Trenggana sangat kagum olehnya sehingga dia diangkat menjadi kepala prajurit demak berpangkat Lurah Wiratama. Entah kebetulan atau tidak, siapa pun di negara Indonesia saat ini, pasti tak akan mampu menyangkal kemampuan seorang Joko Widodo dalam meraih simpati masyarakat luas. Simpati itulah yang membuat PDIP (Partai Demokrasi Indonesia perjuangan) dan Gerindra bersepakat mencalonkannya menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Terbukti, dia mampu mempecundangi Cagub incumbent saat itu.

Joko Tingkir, dari kisah hidupnya tercermin bahwa dia adalah seorang politikus yang licin. Namanya sempat tercoreng di Demak karena membunuh seorang calon tamtama prajurit demak, bernama Dadung Awuk. Namun berkat kecerdikannya(konon) dia mampu meraih simpati dari Sang Raja karena berhasil membuat rekayasa huru-hara dengan kerbau gila.

Sebagai sang konseptor Huru-hara dia tentu mampu menaklukkan kerbau gila dengan mudah. Dalam cerita diungkapkan dia menggunakan tanah kuburan yang dimasukkan ke dalam telinga kerbau setelah diberi mantera.

Namun, saya mencoba melihat kejadian tersebut secara lebih logis. Sebagai seorang yang berlatar belakang kedokteran hewan, saya sedikit punya pengalaman serupa dengan hal ini. Dari hasil wawancara saya dengan seorang petani tua di sebuah wilayah di tempat saya bertugas. Terkadang Petani tua tersebut mengerjai sapi milik orang lain yang masuk ke ladangnya dan memakan tanamannya dengan memasukkan sejenis serangga ke dalam (maaf) anus atau telinga sapi. Akibatnya Sapi tersebut akan berlarian seperti sapi gila. Mungkin, hal serupa dilakukan oleh Joko Tingkir.

Selain itu dia semakin dipuja karena mampu membasmi siluman buaya. namanya siluman tentu lewat kisah kebohongan pun orang saat itu bahkan kita yang hidup diera digital saat ini bisa saja percaya. Benar atau salah, semua membuktikan bahwa Joko Tingkir adalah politisi ulung.

Jokowi pada pemilu lalu mendapat kepercayaan begitu besar dari partainya, PDIP, dan menjadi harapan besar untuk mampu mengangkat perolehan suara partai secara nasional dengan target sekitar 26 %. Namun, suara partai masih dibawah 20 % (hasil hitung cepat). Ini bagaikan Joko Tingkir membunuh Dadung Awuk. Selain itu banjir dan kemacetan serta keruwetan Ibu kota Jakarta yang telah diamanahkan rakyat Jakarta padanya bisa membunuh lebih banyak Dadung Awuk yang lain. Lalu apakah Joko Widodo akan mampu meraih simpati kembali layaknya Joko Tingkir dimasa lalu? entahlah. Huru-Hara Kerbau gila sangat sulit dijaman ini apalagi dikota-kota besar.  Yang pernah ada dan ramai menyedot perhatian publik adalah huru-hara Sapi Impor yang didalamnya sudah termasuk juga beberapa siluman Buaya Darat. Walau itu cukup meningkatkan pamor Joko Widodo sebagai "harapan satu-satu nya", tapi itu sudah lewat.

Namun sepertinya mantera tanah kuburan telah masuk dalam telinga banteng moncong putih. Buktinya Joko Widodo telahdi calonkan oleh PDIP. Mantera serupa disebar lewat media kesegenap penjuru negeri. Mantera berupa Polling dan survei silih berganti dihembuskan mengetuk hati pemirsa dan pembaca media. Padahal bisa saja semua itu adalah siluman. Siluman yang hidup bukan pada jaman Joko Tingkir. Pada bagian ini saya sungguh melihat Joko Tingkir dalam diri Joko Widodo.

Prestasi Joko Tingkir yang sangat cemerlang kala itu tidak diceritakan dengan jelas dalam Babad Tanah Jawi. Mungkin saja karena saat itu, belum ada versi online dari babad tanah jawi. Apalagi belum ada yang namanya media sosial. Pasukan dunia mayapun hanya segelintir, cuma siluman dan makhlus halus penunggu hutan. Sebaliknya saat ini, Jokowi bermahkota"media darling", dengan jutaan akun tentara siluman dunia maya. Dalam hal ini Joko Widodo jelas lebih sakti dari Joko Tingkir.

Keberadaan Jokowi sebagai media darling mengingatkan saya pada Veri Affandi sang jawara pencarian bakat di televisi swasta indonesia. Media saat itu mampu menampilkan Veri Affandi sebagai pribadi yang sederhana mirip seperti fenomena Joko Widodo saat ini.

Penonton pun terbuai, akibatnya walaupun ini adalah sebuah lomba olah vokal, pemirsa tak lagi peduli pada kemampuan vokal Veri. Akibatnya, bagaimana pun amburadulnya suara sang Idola ini, tetap saja simpati menyeruak dari penjuru negeri. Akhirnya terpilihlah Veri Affandi dari semua akademi Fantasi yang ternyata betul hanya menjadi Fantasi akan lahirnya seorang Bintang Vokal Indonesia. Saat Kabaret selesai euforia Veri Affandi pun usai.

Fenomena fantasi ini pun bisa terjadi pada seorang Joko Widodo, mungkin dia mampu meraih simpati atas apa yang ditampilkan media kepada para pemirsa Indonesia, tapi apakah kemampuan vokalnya mampu menggerakkan pembangunan serta mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa. Para pemirsa dan calon pemilih perlu mempelajari betul kemampuan dan hasil kerja nyata dari sang media darling ini.

Joko Tingkir akhirnya mampu mencapai tingkat tertinggi kariernya saat itu dengan menjadi raja Pajang. Bila Pajang dianalogikan sebagai kota Solo maka mungkin Joko Widodo adalah Joko Tingkir masa kini. Namun, Joko Tingkir masa kini jelas memiliki mimpi yang lebih tinggi dari sang Joko dari masa lalu. Kita patut menunggu, karena Joko Tingkir masa kini, sekali lagi perlu menaklukkan Mataram dan Jawa timur, malah dia perlu menaklukkan Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Dari cerita masa lalu tentang ketokohan dan kebijaksaan kepempinan Joko Tingkir, dia yang sering disapa sebagai Mas Karebet, tentu cuma satu dari sekian banyak manusia yang pernah menghuni bumi Nusantara dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Jokowi, mungkin salah satu harapan anak negeri akan datangnya sang raja pembela rakyat kecil yang datang bukan saja memberi mimpi seperti para pendahulunya, akan tetapi bisa membawa kesejahteraan tanpa kemiskinan, gemah ripah loh jenawi yang sesungguhnya.

Kita masih terus menunggu datangnya pemimpin terbaik dari bangsa ini, seorang yang mungkin akan sama dengan mas Karebet, bukan yang cuma tenar oleh sebuah episode Kabaret. Semua kembali ke tangan rakyat Indonesia.

Melbourne 17 April 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun