"Baru keesokan harinya aku tahu, bahwa malam ketika kami terdampar di hutan itu ternyata merupakan malam pertama Ramadhan".
*
Sungguh terpana aku mendengar cerita itu.
Pasti bukan merupakan kebetulan aku bertemu denganmu, Mardiah.
Juga bukan kebetulan jika aku sampai mendengar kisah yang ajaib itu !
***
CHRISTCHURCH, NEW ZEALAND.
"Siapa nama aslimu, Mardiah ? Dan mengapa memilih nama Mardiah ?", tanyaku pada perempuan asal Amerika itu.
"My maiden name is Penelope. Mardiah itu artinya  'orang yang dicintai dan dihormati', nama pemberian Bapak **). Aku suka nama ini, karena ketika diucapkan hampir terdengar seperti My Dear ...", jawab Mardiah dengan kecentilan yang hampir menandingi remaja ;-).
Sejenak terbayang Hamidah, teman Mardiah yang lebih mirip Dewi klasik Yunani daripada Dewi Drupadi. Terkenang juga aku pada si Romli, teman mereka yang lain, yang wajah Latinonya mirip Antonio Banderas. Kombinasi nama Romli dan wajah ganteng ini sungguh membuatku geli, karena aku sudah terlanjur terbiasa dengan Romli udik yang bulat, berkulit gelap, dan beraroma ... angkot ;-).
"Bagaimana denganmu Max ? ", kataku pada seorang laki-laki kelahiran Australia yang pertama kali memperkenalkan Mardiah pada kami. "Mengapa namamu tetap Maximilian ?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!