Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Moving as Millions, Surviving as One *)

19 Mei 2011   14:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:27 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan, di masa silam, berbagai kemegahan dan benih-benih kearifan itu telah ditanamkan.

Satu Borobudur mereka bangun dalam sekian generasi, dengan fokus dan keteguhan yang sama tingginya dengan para lebah. Satu Borobudur itu pernah didedikasikan untuk menyatukan Hindu dan Buddha, (tentunya) dengan pesan agar setiap pewarisnya -yaitu bangsa yang berada di antara dua benua dan dua samudera itu- melampaui berbagai kekerdilan dalam dirinya dengan cara mengikuti keteladanan yang sama.

"Setiap gambaran dengan sejuta makna selalu berawal dari sebuah titik", demikianlah -barangkali- makna pesan yang dititipkan melalui goresan batik, sebuah warisan lainnya yang nilai kearifannya sudah pasti melampaui wujud fisiknya. Atau barangkali juga maksudnya begini : "Janganlah kau menyerah ... Segala yang tampak kacau itu mirip batik setengah jadi. Kacau hanyalah terlihat di saat engkau belum mencapai gambaran utuhnya" ...;-)

Entahlah, kawan, aku juga tidak tahu pasti. Perjalananku sendiri masih jauh dari selesai.

Tapi aku tahu kita selalu bisa berbagi, sebagaimana para satwa yang menakjubkan itu, juga sel-sel tubuh kita, melakukannya.  Mereka bukanlah mahluk cerdas secara individual. Justru kecerdasanlah yang datang kepada mereka; yaitu ketika mereka bersatu, dan juga karena kesediaan mereka menyimakpesan kosmik dalam kode genetik yang sengaja disematkan oleh Sang Koreografer dalam sel-sel kita semua.

Barangkali kita -mahluk dengan trilyunan sel-sel otak ini- memang harus belajar dari mereka yang jauh lebih sederhana itu. Barangkali juga sudah waktunya bagi kita untuk berani menghadapi 'otak reptil' **) kita sendiri, sebagaimana wildebeest Afrika berani menerjang sungai yang dipenuhi para reptil yang kelaparan itu.

------------------------------------------------------------------------------

*) Judul diinspirasi oleh film Great Migration, National Geographic Channel

**) otak reptil adalah bagian otak kita yang paling primitif, yang mengatur fungsi syaraf otonom, rasa aman/rasa takut, kesiagaan dan berbagai fungsi primer lainnya.

"Dengan intensitas sejuta, bergeraklah kalian ke arah yang Satu",

demikianlah kira-kira yang kita lakukan ketika mencoba menciptakan 'arus' atau 'energi tinggi'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun