.
Begitulah cuplikan kisah Benny tentang berbagai kebiasaan yang ia jumpai di banyak negara. Banyak hal yang "Indonesia banget", di antaranya adalah rehat khusus untuk tidur siang yang ia lihat di Spanyol (juga di Dubai, begitu yang pernah kudengar). Tidur siang ternyata merupakan sebuah tradisi yang berasal dari negeri-negeri yang hawanya terlalu panas di siang hari, dan Benny yang berasal dari negeri dingin itu menemukan bahwa manfaatnya ternyata cukup besar untuk memulihkan kesehatan.
Yah, meski orang Indonesia sekarang -apalagi yang kerja kantoran- tidak lagi rajin tidur siang, tapi rehat tidur siangnya masih tetap bisa dialihkan untuk "rehat-rehat lainnya" … :-)
.
Dari semua kisah Benny tentang budaya dan kebiasaan yang dilihatnya di manca negara, ada beberapa yang tidak Indonesia banget, tapi sangat perlu untuk diindonesiakan.
Misalnya ... orang Indonesia mempunyai kebiasaan menjengkelkan untuk selalu mendahulukan perhatiannya pada telepon seluler, padahal ia sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Sementara di Brazil, orang bercakap-cakap sambil tetap mempertahankan kontak mata, atau saling menyentuh tangan - jika itu memungkinkan. Dengan begitu, mereka bisa saling "membuat tekanan tertentu" pada tangan masing-masing, terutama saat mata salah seorang di antara mereka sedang berpaling ke arah lain.
Aku jadi membayangkan, alangkah bagusnya kalau kita sepakat untuk memberi semacam hukuman penalti pada siapapun yang suka mengalihkan perhatiannya pada hal lain saat bercakap-cakap. Bagaimana dengan push-up sepuluh kali ? Atau mentraktir kopi selama seminggu ? :-)
.
Namun di antara semua kisah Benny, favoritku adalah tentang penghormatan orang-orang Taiwan saat menerima pemberian dari orang lain.
Ketika orang Taiwan memberikan kartu nama -atau hadiah apapun- kepada orang lain, ia akan memegangnya dengan ke dua tangannya. Baik pemberi maupun penerima akan memperlakukan hadiah tersebut secara hati-hati, seakan-akan benda itu mudah pecah atau ... bisa meledak ! Lalu si penerima akan memandangi hadiahnya dengan kagum, seolah-olah itu merupakan karya seni yang luar biasa, atau sebuah "jendela" ajaib yang memperlihatkan Jagat Raya.
Barangkali pemberian itu kurang berharga bagi penerimanya, bahkan mungkin akan berakhir sebagai benda yang terlupakan. Tetapi penghormatan seperti itu memperlihatkan penghargaan yang besar terhadap apa yang dianggap berharga oleh pemberinya, entah itu berupa keyakinan, berupa serangkaian pilihan dan pengalaman yang menjadi jiwa dari pemberian tersebut ...