Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Masuk Surga, Tapi Mulailah "Membuat Surga"!

1 Maret 2014   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lima dari teman-teman sekolahku dulu sudah menjadi insinyur, dan mereka membuat rumah-rumah yang megah. Sementara aku "hanya" membuat hutan, dan akan selamanya tinggal di hutan. Tapi aku adalah orang yang paling berbahagia di dunia", kata Payeng, laki-laki bersahaja yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya sejak remaja, "hanya" karena kekhawatirannya akan nasib umat manusia. Namun sekarang ia hanya memiliki sedikit kekhawatiran kecil, misalnya … belajar mengenakan sepatu dan makan dengan menggunakan sendok-garpu. Undangan mengalir kepadanya dari seluruh dunia, dan ia harus tampil keren untuk menceritakan kisahnya yang luar biasa ! :-)

Mengajarkan anak-anak untuk mencintai lingkungan itu akan menjanjikan setengah kemenangan, dan yang dimaksud kemenangan itu adalah kemenangan umat manusia juga, demikian keyakinan Payeng. "Seharusnya setiap anak sekolah diminta menanam 2 pohon untuk menyuplai oksigen mereka sendiri. Kalau tidak menanam, mereka tidak boleh diluluskan", ia mengusulkan. Betapa anehnya mendengar pernyataan yang begitu visioner dari seorang penanam jutaan pohon yang masih suka duduk di atas tanah, sementara orang-orang yang tidak menanam -dan tidak visioner- mungkin duduk di kursi kayu yang amat mewah ! Tapi tidak, ia tidak mengakui telah menanam banyak pohon. Ia hanya menanam sedikit, lalu pohon-pohon itu yang menanam benih mereka sendiri melalui bantuan angin, begitu katanya. "Aku hanya mencintai mereka seperti anak-anakku sendiri, dan memastikan agar mereka tumbuh", katanya merendah.

[caption id="attachment_314609" align="aligncenter" width="659" caption="Jadav Mulai Payeng, The Forest Man of India"]

13936582281799062713
13936582281799062713
[/caption]

Tak ada seorang konservatoris lain seperti Payeng, seorang bertubuh mungil yang membuat hutan sebagai hobby utamanya. Namun hobby yang ditekuni selama 30 tahun itu telah menciptakan jejak landmark yang tak akan terhapus selamanya.  Dengan ke dua tangan kecilnya itulah Payeng membuktikan pada dunia, bahwa tanah tanpa harapan bisa menjadi tanah surgawi, selama ada "penanam" yang meyakini harapan dan melakukannya dengan segenap hati.

[caption id="attachment_314607" align="aligncenter" width="618" caption="Sebuah tanah surga yang menyuplai oksigen dan air bagi milyaran nyawa "]

1393656520426164585
1393656520426164585
[/caption]

(Sungguh aku tidak ingin tahu apa agama Payeng. Aku hanya yakin, bahwa untuk setiap orang yang rela membuatkan surga bagi orang -dan mahluk lain- di dunia, pasti ada surga untuknya di masa depannya ! :-)) [*]

-----------


*) Sumber gambar halaman depan rumah Payeng : greenerpasturesind.wordpress.com
**) Sumber gambar rumah Payeng : greenerpasturesind.wordpress.com
***) Sumber foto Payeng : kiri dari greenerpasturesind.wordpress.com, kanan dari peoples.ru
****) Sumber gambar hutan Mulai : zaping.com
*****) Sumber cerita : The Thumb Print Magazine
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun