Die Pdagogik ist die Kunst, die Menschen sittlich zu machen. _Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Pendidikan merupakan seni agar menjadikan manusia bermoral. Pria kelahiran 1770 di Stuttgart ini adalah seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang juga merupakan salah satu figur penting pada perkembangan filsafat dunia modern abad ke-19. Salah satu gagasan yang ia sampaikan adalah mengenai pendidikan.Â
Menurutnya kunci dan inti utama dari pendidikan bukan hanya memberikan dan mendiseminasikan pengetahuan saja melainkan menjadikan manusia memiliki moral dalam bertindak. Saya jabarkan bahwa manusia terdidik adalah ia yang tahu dan mendasarkan seluruh pikiran, ucapan dan perilakunya pada prinsip benar sesuai dengan kompas moral yang berlaku di masyarakat secara luas.
Ki Hadjar Dewantara, sang mahaguru, seorang pria berdarah Indonesia yang lahir kurang lebih setengah abad setelah kematian Hegel pada tahun 1831 memiliki pandangan yang tidak kalah menarik bahwa pendidikan seyogyanya menuntun dan mengarahkan manusia mencapai kebahagiaan dan menempatkan pendidikan moral dan karakter sebagai pusat dari seluruh kegiatan belajar.Â
Pratap triloka yang berkali-kali kita dengar, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani bukanlah kata-kata kosong gambaran utopia semata namun lebih kepada prinsip yang harus diyakini dan dijalankan nilai luhurnya oleh seluruh pendidik di negara ini. Di depan sebagai tauladan, di tengah sebagai penyemangat dan di belakang yang mendorong.Â
Pandangan kedua tokoh di atas menempatkan guru sebagai playmaker dalam mengatur dan mengarahkan aliran bola agar sampai pada tujuan yakni masyarakat madani, manusia adimanusia yang memiliki kompetensi dan perilaku paripurna.Â
Oleh karena itu, seyogyanya menjadi guru bukan hanya perkara hadir di kelas mengajar saja dan menerima upah bulanan. Guru harus memiliki semangat untuk maju dan berkembang, keluar dari hegemoni regulator, memiliki ketajaman visi dan intuisi serta tidak hanya memiliki kompetensi pedagogik dan profesional saja namun juga memiliki keterampilan sosial emosional yang baik.Â
Tantangan yang muncul sebagai seorang guru bukan hanya penguasaan kompetensi saja seperti hal-hal yang telah disebutkan di atas, namun setiap saat guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa dihadapkan pada proses pengambilan keputusan yang kerapkali menempatkan guru pada posisi yang sulit. Keputusan yang diambil guru dapat menentukan arah masa depan murid-muridnya.Â
Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan prinsip-prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai luhur kebajikan dan berpihak kepada murid yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah pengambilan keputusan harus terukur dan memenuhi prinsip yang diyakini sehingga dapat memberikan nilai kebermanfaatan kekal dan tidak bersifat temporer.Â
Ketika guru dihadapkan pada sebuah situasi dimana ia harus menentukan pilihan antara dua keputusan yang sama-sama baik kompetensi sosial emosional guru berperan besar terhadap proses pengambilan keputusan yang dilakukan. Seorang guru dengan kemampuan sosial emosional yang baik memiliki ketenangan dalam bertindak sehingga dapat secara objektif menentukan keputusan terbaik apa yang akan diambil.Â
Pentingnya pengambilan keputusan menjadikan modul 3.1 pada pendidikan guru penggerak mengenai pengambilan keputusan sebagai salah satu acuan ketika guru dihadapkan pada situasi pelik dan dilematis terkait sebuah kejadian yang membutuhkan perlakuan pengambilan keputusan.Â
Sebagai contoh, ketika seorang murid datang terlambat ke sekolah dengan alasan bahwa ia harus menolong seseorang yang mengalami kecelakaan di jalan, maka seorang guru dihadapkan pada dilema mengenai keputusan yang harus ia ambil. Apakah ia harus menetapkan peraturan dan memberikan teguran atau sanksi pada murid yang bersangkutan atau justru ia harus mengapresiasi tindakan yang dilakukan murid tersebut?Â
Di satu sisi, aturan yang berlaku menegaskan bahwa terlambat adalah terlambat dan memiliki nilai sanksinya sendiri. Belum lagi pandangan siswa lain yang sama terlambat yang dapat mempengaruhi kredibilitas guru.Â
Di sisi lain nilai kemanusiaan yang ditunjukkan oleh murid tersebut menempatkan murid tersebut pada posisi hirarki tinggi dari anak tangga kemanusiaan. Jika anda sebagai seorang guru apa yang akan anda lakukan? Jawaban yang anda berikan menunjukkan nilai kebajikan yang anda anut dan anda yakini.
Hal lain yang menarik dari pengambilan keputusan bahwa setiap kasus atau kejadian yang terjadi tidak dapat dianggap sebagai hal yang sama. Setiap kasus berbeda dan membutuhkan pendekatan serta cara pandang yang berbeda meskipun kasus yang terjadi memiliki kemiripan.Â
Sebagai guru kita harus jeli dalam menelisik dan mengupas permasalahan sehingga keputusan yang diambil tidak semata-mata berdasarkan pengalaman namun merupakan hasil olah pikir yang matang. Pengalaman dapat menjadi cerminan namun tidak menjadikannya blueprint.Â
Modul ini menarik dan memberikan insight mengenai bagaimana proses pengambilan keputusan seyogyanya dilakukan. Namun seperti yang dikatakan George Bernard Shaw, "Those who cannot change their minds cannot change anything".  Maka modul ini tidak akan bermanfaat bagi guru yang memiliki pemikiran tertutup karena kesediaan dan kemauan guru untuk membuka cakrawala pemikiran dan keterbukaan terhadap konsep yang disampaikan memegang peranan krusial.Â
Jika guru telah dapat membuka pemikirannya dan menempatkan moral di atas pengetahuan dalam mengambil sebuah keputusan, maka bola yang bergulir akan sampai di kaki para penyerang untuk disarangkan ke gawang tujuan.
Wallahu'alam bishawab.
sumber gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H