Mohon tunggu...
Aa Sukma
Aa Sukma Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang saya yang satu-satunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru sebagai Playmaker

27 September 2023   00:01 Diperbarui: 4 November 2023   14:46 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: populis.id 

Die Pdagogik ist die Kunst, die Menschen sittlich zu machen. _Georg Wilhelm Friedrich Hegel

Pendidikan merupakan seni agar menjadikan manusia bermoral. Pria kelahiran 1770 di Stuttgart ini adalah seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang juga merupakan salah satu figur penting pada perkembangan filsafat dunia modern abad ke-19. Salah satu gagasan yang ia sampaikan adalah mengenai pendidikan. 

Menurutnya kunci dan inti utama dari pendidikan bukan hanya memberikan dan mendiseminasikan pengetahuan saja melainkan menjadikan manusia memiliki moral dalam bertindak. Saya jabarkan bahwa manusia terdidik adalah ia yang tahu dan mendasarkan seluruh pikiran, ucapan dan perilakunya pada prinsip benar sesuai dengan kompas moral yang berlaku di masyarakat secara luas.

Ki Hadjar Dewantara, sang mahaguru, seorang pria berdarah Indonesia yang lahir kurang lebih setengah abad setelah kematian Hegel pada tahun 1831 memiliki pandangan yang tidak kalah menarik bahwa pendidikan seyogyanya menuntun dan mengarahkan manusia mencapai kebahagiaan dan menempatkan pendidikan moral dan karakter sebagai pusat dari seluruh kegiatan belajar. 

Pratap triloka yang berkali-kali kita dengar, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani bukanlah kata-kata kosong gambaran utopia semata namun lebih kepada prinsip yang harus diyakini dan dijalankan nilai luhurnya oleh seluruh pendidik di negara ini. Di depan sebagai tauladan, di tengah sebagai penyemangat dan di belakang yang mendorong. 

Pandangan kedua tokoh di atas menempatkan guru sebagai playmaker dalam mengatur dan mengarahkan aliran bola agar sampai pada tujuan yakni masyarakat madani, manusia adimanusia yang memiliki kompetensi dan perilaku paripurna. 

Oleh karena itu, seyogyanya menjadi guru bukan hanya perkara hadir di kelas mengajar saja dan menerima upah bulanan. Guru harus memiliki semangat untuk maju dan berkembang, keluar dari hegemoni regulator, memiliki ketajaman visi dan intuisi serta tidak hanya memiliki kompetensi pedagogik dan profesional saja namun juga memiliki keterampilan sosial emosional yang baik. 

Tantangan yang muncul sebagai seorang guru bukan hanya penguasaan kompetensi saja seperti hal-hal yang telah disebutkan di atas, namun setiap saat guru sebagai pemimpin pembelajaran senantiasa dihadapkan pada proses pengambilan keputusan yang kerapkali menempatkan guru pada posisi yang sulit. Keputusan yang diambil guru dapat menentukan arah masa depan murid-muridnya. 

Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan prinsip-prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai luhur kebajikan dan berpihak kepada murid yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah pengambilan keputusan harus terukur dan memenuhi prinsip yang diyakini sehingga dapat memberikan nilai kebermanfaatan kekal dan tidak bersifat temporer. 

Ketika guru dihadapkan pada sebuah situasi dimana ia harus menentukan pilihan antara dua keputusan yang sama-sama baik kompetensi sosial emosional guru berperan besar terhadap proses pengambilan keputusan yang dilakukan. Seorang guru dengan kemampuan sosial emosional yang baik memiliki ketenangan dalam bertindak sehingga dapat secara objektif menentukan keputusan terbaik apa yang akan diambil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun