Mohon tunggu...
Aa Sukma
Aa Sukma Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang saya yang satu-satunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karena Kita Berbeda

7 Agustus 2023   22:06 Diperbarui: 7 Agustus 2023   22:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana bisa aku yang memiliki gen turunan dari ayah dan ibu yang sama memiliki selera yang berbeda dengan adikku? Kita sama-sama laki-laki terpaut lima tahun saja. Wajahpun mirip. Namun kesukaanku yang tergila-gila dengan makan ikan berbanding terbalik dengan adikku yang tidak (atau setidaknya memilih untuk tidak) makan ikan. 

Kesenangan dan hobi kamipun berbeda. Aku yang suka musik dan peka terhadap seni sedangkan adikku tidak sama sekali bermain musik. Aku yang mudah belajar bahasa asing dan adikku yang lebih memilih bidang teknik otomotif. Bidang yang sama sekali aku tak kuasai.

Memang seperti itulah fitrah manusia. Meskipun satu turunan, adik kakak atau bahkan kembar siam sekalipun pada dasarnya diciptakan memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Sama persis seperti yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara bahwasanya anak memiliki garis samar yang seyogyanya ditebalkan seiring perkembangan umurnya. 

Garis samar tersebut adalah bakat, kemampuan dan minat yang tercetak pada blueprint masing-masing individu. Oleh karenanya pemerolehan keilmuan dan pengelolaan sosial emosional, pendekatan pembelajaran, pola pikir, cara dan metode pemecahan permasalahan yang mungkin diambil oleh seseorang akan berbeda satu dengan yang lain.

Lantas bagaimana peranku sebagai seorang guru menghantarkan pembelajaran terhadap pemelajar menilik buah pikir di atas? 

Pada modul 2.1 Pendidikan Guru Penggerak mengenai pembelajaran berdiferensiasi aku ditawarkan dan ditampar dengan pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada perbedaan dan keunikan tiap individu dan bagaimana sebagai seorang guru aku mampu memenuhi, memfasilitasi dan melayani kebutuhan tiap murid akan pembelajaran yang bermakna.  

Sekilas ketika aku membaca judul modul 2.1, "Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi" mata ini langsung menggarisbawahi pembelajaran berdiferensiasi. Karena dasar keilmuan yang kumiliki adalah bahasa asing-yakni bahasa Jerman, rasa-rasanya kata different yang notabenenya adalah bahasa Inggris bukan lagi kata yang sulit untuk dijabarkan. Berbeda dalam bahasa Indonesia. 

Secara liar pembelajaran berdiferensiasi dapat kuinterpretasikan menjadi pembelajaran yang berbeda. Berbeda bagi siapa? Lagi-lagi logikaku yang sedikit cair berkelana mengenai siapa yang terlibat dalam pembelajaran. Guru dan murid. Sekilas kutebak pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dapat dimaknai dan dijalankan secara berbeda baik oleh guru atau murid.

Tebakanku tidak melenceng jauh. Setelah digali lebih jauh pembelajaran berdiferensiasi dapat dijabarkan menjadi upaya guru menjalankan pembelajaran dengan banyak cara dan metode yang dapat mengakomodasi kebutuhan individual murid (yang berbeda-beda) sehingga kebutuhan belajar mereka dapat terpenuhi. Kebutuhan, prioritas, minat dan keinginan murid berbeda satu sama lain. Oleh karenanya seorang guru harus dapat memberikan layanan purna dalam memfasilitasi aktivitas murid pada proses pembelajaran.

Untuk dapat memfasilitasi kebutuhan belajar murid yang bervariasi bukanlah hal yang mudah. Sebagai guru kita harus dapat menilik kepribadian murid sampai kepada hal mendasar dan tidak hanya dari apa yang tampak secara kasat mata. Banyak teori yang harus dipelajari dan dikuasai oleh guru. Namun setidaknya upaya memberikan pelayanan yang prima dapat dimulai dengan melaksanakan asesmen diagnostik pada awal pembelajaran. 

Fungsinya adalah memberikan gambaran secara umum dan khusus mengenai keadaan murid pada sebuah kelas. Barulah setelah kita memahami benang merah karakteristik murid pada kelas tersebut kita dapat menjalankan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.

Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, sebagai guru terkadang kita memiliki kebingungan mengenai hal apa yang seharusnya berbeda pada pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan telah masuk kategori pembelajaran berdiferensiasi. Perbedaan yang dapat diterapkan guru meliputi tiga hal, yakni: (1) konten; (2) proses; dan (3) produk.

Secara sederhana dijelaskan bahwa perbedaan konten adalah kita memperhitungkan perbedaan kemampuan dan pengetahuan awal murid terhadap sebuah materi pembelajaran. Sehingga guru dapat menghindari pemborosan waktu dan energi dengan memberikan materi yang sudah dikuasai murid. Selain itu, perbedaan konten dapat menghindarkan murid dari rasa bosan bahwa mereka mempelajari hal yang sudah mereka kuasai.

Perbedaan proses lebih menitikberatkan mengenai bagaimana guru mengelola proses pembelajaran sehingga dapat berterima oleh seluruh murid pada suatu kelas. Sebagai contoh guru memberikan opsi mengenai bagaimana murid memperoleh informasi dalam pembelajaran. Melalui internet semisal, audio ataupun video. Perbedaan proses memfasilitasi perbedaan gaya belajar murid yang dikategorikan menjadi visual, auditori atau kinestetik.

Perbedaan produk dapat memberikan gambaran mengenai kedalaman pemahaman murid terhadap materi yang disampaikan. Kenapa produk atau asesmen harus berbeda? Karena minat intelektual murid berbeda satu sama lain. Murid yang tidak suka menggambar tidak dapat menyempaikan pemahamannya secara utuh melalui gambar. Murid yang suka menulis dapat lebih banyak menyampaikan pemahamannya melalui huruf yang ia tulis.

Sebagai guru kita harus menyadari bahwa tidak ada metode pembelajaran yang sempurna atau lebih baik satu dari yang lainnya. Metode pembelajaran yang terbaik adalah ketika guru memilih metode yang dinamis yang sesuai dengan kondisi sekolah, karakter materi pelajaran, tujuan pembelajaran dan karakter siswa.

Barulah dasar kesadaran tersebut dapat menjawab kebutuhan belajar murid yang fitrahnya berbeda-beda.

Wallahua'lam bishawab..

sumber foto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun