Tuhan terlalu sayang dengan Indonesia, setiap era kehidupan bangsa ini selalu diberi kelebihan yang dibutuhkan masyarakat dunia pada jamannya. Â Sekarang dunia was was akan kelangsungan deposit minyak bumi, karena setiap hari disedot tanpa henti dari perut bumi, suatu saat akan habis. Â Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari pengganti dari minyak bumi, harapannya ada di produk pertanian.Â
Pernah disatu ketika tanaman jarak dicanangkan sebagai tanaman penghasil biodiesel, tetapi hasilnya tidak begitu menggembirakan. Â Belakangan riset tertuju ke tanaman sawit. Â Negara ini sudah berhasil menggunakan bahan bakar campuran antara minyak diesel dengan 20% campuran olahan minyak sawit, Fatty Acids Methyl Ester (FAME), dikenal dengan B20. Â
Saat ini serapan CPO untuk produk B20 sekitar 6 juta ton per tahun, dari 42 juta ton produksi CPO nasional saat ini. Â Tahun 2019, import diesel sudah turun 45% dibanding tahun 2018 di periode yang sama. Â
Perlahan B20 akan ditingkatkan menjadi B30 dan selanjutnya akan mencapai B100. Â Artinya minyak diesel sudah bisa kita tanam. Â Petani petani Indonesia sudah bisa menghasilkan minyak diesel, selanjutnya akan ada bioavtur dan gasoline. Â Ini keajaiban selanjutnya yang diberikan Tuhan buat bangsa agraris ini.
Tapi semua ini perlu manajemen yang baik, bangsa Indonesia pernah berbangga sebagai penghasil rempah, tetapi yang mengambil keuntungan adalah bangsa Belanda yang menjajah negara ini. Â
Rempah dibutuhkan manusia dibelahan dunia yang lain dikala musim dingin, disaat itu teknologi penghangat ruangan belum secanggih saat ini. Â Sehingga mereka membutuhkan rempah dalam jumlah yang banyak untuk menghangatkan badannya.Â
Sawit untuk  bahan bakar nabati harus bisa dikelola dengan baik sehingga yang menikmati hasilnya adalah petani petani Indonesia, bukan negara lain.  Petani Indonesia harus diuntungkan dari perubahan ini. Â
Jika contoh diatas beras ketan bisa digunakan untuk membayar pesawat terbang. Â Sawit harus bisa digunakan membayar teknologi apapun yang bisa memudahkan kehidupan rakyat Indonesia.Â
Bukan Hanya Sawit
Kandungan protein jagung lokal lebih tinggi  7.0 -- 7.5% dibanding jagung import, tahun ini produksi jagung nasional 33 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya hanya  28 juta ton dan dipastikan akan terjadi surplus.Â