Indonesia dikenal dengan negara gemah ripah loh jinawi, negara yang kaya raya dengan sumber daya alam. Â Terkenal subur dan penghasil padi sudah sejak dulu kala. Â
Posisi Indonesia dikelilingi cincin api menyebabkan tanah nya subur makmur sebagai hasil pelapukan debu vulkanis. Â Sudah sejak dulu keuntungan ini bisa dinimati bangsa Indonesia sehingga negara kita dikenal sebagai negara agraris.Â
Pernah satu ketika bangsa ini tergiur untuk menjadi teknologi canggih sebagai sandaran penghasilannya. Â Mengikuti tren dunia jaman sekarang. Â Ribuan orang orang pintar dikirim sekolah gratis ke berbagai negara. Â Di dalam negeri investasi begitu besar untuk mengembangan industri dirgantara. Â Akhirnya bangsa ini satu ketika berhasil membuat pesawat.Â
Satu kebanggaan yang luar biasa disaat itu, tetapi ketika pesawat tersebut dijual ke negara lain, pembayarannya dengan menggunakan beras ketan. Tidak ada yang salah dengan barter pesawat dengan beras ketan. Â
Tapi hal itu mengingatkan kembali bahwa dengan beras ketan negara lain bisa beli pesawat. Â Berarti dengan hasil pertanian yang bagus, apapun bisa dibeli. Â Petani bisa beli beras dengan hasil jagungnya, peternak bisa beli motor dengan hasil ternaknya.Â
Perubahan Cara Pandang Tentang Pertanian
Pertanian adalah bisnis, itu yang harus ditanamkan ke benak seluruh rakyat Indonesia. Â Pertanian bukan lagi sekedar memenuhi kebutuhan hidup, lebih dari itu pertanian harus bisa menjadi sumber kesejahteraan rakyat, khususnya petani. Â Petani harus dikenalkan dengan tanaman tanaman yang harga jualnya tinggi, yang bisa memberikan keuntungan maksimal. Â Jangan lagi petani dipaksa menanam sesuatu walaupun perhitungannya petani tidak akan untung. Â Pemerintah dalam hal ini departemen pertanian harus membuka wawasannya. Â Jika perdagangan lokal belum bisa memberikan keuntungan yang memadai buat petani, aparat deptan harus mulai melihat produk produk apa saja yang bisa dijual ke luar negeri dan menguntungkan buat petani.
DIjaman Mesir kuno, Nusantara sudah dikenal sebagai penghasil kapur barus (kamper). Kamper digunakan sebagai bahan pengawet mumi Firaun, berarti sejak jaman nabi Musa. Â Pada jaman penjajahan Belanda, Nusantara juga dikenal sebagai penghasil rempah. Â Hasilnya luar biasa bagus sampai bisa menghidupi satu negara Eropah selama 350 tahun, 3.5 abad.
Semua itu bentuk kasih sayang Tuhan buat bangsa ini. Â Sebenarnya harus disyukuri dengan cara memanfaatkan sebesar besarnya buat kesejahteraan rakyat, khususnya petani. Â
Mengapa petani? Â Karena jumlah petani di negara agraris ini ada 28% dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia. Â Dengan kata lain jika petaninya sejahtera, maka sejahtera juga bangsanya.
Bisa jadi ada yang berpendapat jaman rempah sudah habis, perdagangan rempah tidak menguntungkan lagi di era modern sekarang ini. Â Tetapi produk pertanian juga berkembang, negara agraris ini masih bisa berperan penting dalam pengadaan bahan bakar hijau. Â
Tuhan terlalu sayang dengan Indonesia, setiap era kehidupan bangsa ini selalu diberi kelebihan yang dibutuhkan masyarakat dunia pada jamannya. Â Sekarang dunia was was akan kelangsungan deposit minyak bumi, karena setiap hari disedot tanpa henti dari perut bumi, suatu saat akan habis. Â Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari pengganti dari minyak bumi, harapannya ada di produk pertanian.Â
Pernah disatu ketika tanaman jarak dicanangkan sebagai tanaman penghasil biodiesel, tetapi hasilnya tidak begitu menggembirakan. Â Belakangan riset tertuju ke tanaman sawit. Â Negara ini sudah berhasil menggunakan bahan bakar campuran antara minyak diesel dengan 20% campuran olahan minyak sawit, Fatty Acids Methyl Ester (FAME), dikenal dengan B20. Â
Saat ini serapan CPO untuk produk B20 sekitar 6 juta ton per tahun, dari 42 juta ton produksi CPO nasional saat ini. Â Tahun 2019, import diesel sudah turun 45% dibanding tahun 2018 di periode yang sama. Â
Perlahan B20 akan ditingkatkan menjadi B30 dan selanjutnya akan mencapai B100. Â Artinya minyak diesel sudah bisa kita tanam. Â Petani petani Indonesia sudah bisa menghasilkan minyak diesel, selanjutnya akan ada bioavtur dan gasoline. Â Ini keajaiban selanjutnya yang diberikan Tuhan buat bangsa agraris ini.
Tapi semua ini perlu manajemen yang baik, bangsa Indonesia pernah berbangga sebagai penghasil rempah, tetapi yang mengambil keuntungan adalah bangsa Belanda yang menjajah negara ini. Â
Rempah dibutuhkan manusia dibelahan dunia yang lain dikala musim dingin, disaat itu teknologi penghangat ruangan belum secanggih saat ini. Â Sehingga mereka membutuhkan rempah dalam jumlah yang banyak untuk menghangatkan badannya.Â
Sawit untuk  bahan bakar nabati harus bisa dikelola dengan baik sehingga yang menikmati hasilnya adalah petani petani Indonesia, bukan negara lain.  Petani Indonesia harus diuntungkan dari perubahan ini. Â
Jika contoh diatas beras ketan bisa digunakan untuk membayar pesawat terbang. Â Sawit harus bisa digunakan membayar teknologi apapun yang bisa memudahkan kehidupan rakyat Indonesia.Â
Bukan Hanya Sawit
Kandungan protein jagung lokal lebih tinggi  7.0 -- 7.5% dibanding jagung import, tahun ini produksi jagung nasional 33 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya hanya  28 juta ton dan dipastikan akan terjadi surplus.Â
Negara Penghasil Beras Terbesar di dunia
Negara (Mt)
Produksi
Konsumsi
Selisih
China
  148,490,000
  143,790,000
   4,700,000
India
  116,000,000
  100,000,000
  16,000,000
Indonesia
   37,100,000
   29,570,000
   7,530,000
Bangladesh
   35,000,000
   35,200,000
- Â Â Â 200,000
Vietnam
   29,069,000
   22,200,000
   6,869,000
Thailand
   20,700,000
   10,500,000
  10,200,000
Perlu dibudayakan diversifikasi makanan pokok, salah satu caranya dengan menyiapkan variasi makanan pokok selain nasi di acara kenegaraan. Diharapkan dengan begitu pamor sumber pangan selain beras akan naik.
Kesimpulan
Bangsa Indonesia dianugrahkan Tuhan kelebihan dari negara lain, terutama dibidang pertanian. Â Sudah saatnya bangsa ini fokus mengembangkan pertanian dengan tujuan menguntungkan petani. Â
Bangsa ini sudah pernah terkenal sebagai sumber bahan pertanian tertentu sejak jaman Mesir kuno. Dan saat ini komoditas sawit berpeluang menjadi komoditas andalan yang diperlukan dunia dalam memproduksi bahan bakar hayati.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H