Jadi pada kesimpulan kali ini, penulis beranggapan bahwa kemungkinan akan ada babak baru di sistem pendidikan di Indonesia dari sistem Face To Face didalam ruang kelas ke sistem dari Daring tanpa perlu adanya ruang kelas jika dilihat dari segi "Teori Evolusi Perubahan Sosial", teori ini melihat perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada pengorganisasian masyarakat dan akan terjadi dalam kurun waktu yang tidak dapat dikatakan singkat.Â
Tetapi tidak menutup kemungkinan juga akan berlangsung cepat, Â karena ada faktor yang membuat kita harus melangkah jauh kedepan sebagaimana yang dimaksud pada "Teori Liner Perubahan Sosial" dan jika kita bandingkan dengan keadaan sekarang tentu ada beberapa kemiripan atas teori tersebut.
Yang pertama yaitu dengan hadirnya fenomena wabah virus covid-19 membuat Indonesia mengambil keputusan social dan psycal distancing skala besar dalam waktu yang belum diketahui. Jika hal ini bisa memakan waktu 1-2 semester di dalam pendidikan kita, maka sistem daring pun otomatis mengalami perpanjangan.Â
Jika hal ini dinilai berhasil dan efektif serta efisien, maka tidak menutup kemungkinan untuk segera melakukan regulasi dan revolusi dibidang sistem pendidikan, mengingat masa transisi 4.0 ke 5.0 pun yang perlahan sudah dimulai dan kita sebagai bangsa yang besar harus siap menyosong perubahan tersebut.
Namun, tentu saja  masih banyak pertimbangan yang kita kaji secara mendalam, seperti sarana prasarna pendukung, salah satunya ialah jaringan internat yanng menjadi syarat mutlak yang harus diperbaiki karena dengan kecepatan 10,5 Mbps dan dipakai beberangan yang kurang lebih 260 juta jiwa pasti akan mengalami kendala.Â
Kemudian  perbaikan sarana prasarana kampus dan peraturan perundang-undangan yang mengatur sistem pendidikan kita dan yang terpenting ialah kesiapan Sumber Daya Manusia itu tersendiri yaitu si peserta didik maupun tenaga pendidik yang berada di bangku sekolahan dan univerisitas untuk  memahami betul apa dan pentingnya Pendidikan bagi pembangunan bangsa melalui kematengan keterampilan tiap individunya.
Sebagai kata akhir dari penulis, jika seluruh manusia itu adalah makhluk sempurna dan mulia, bahkan dianggap sebagai wakil dan citra dari sifat Tuhan, maka sebagai manusia sudah seharusnya kita bisa mengaktualisasikan potensi yang dimiliki manusia dimuka bumi, serta mengutip dari perkataan Bapak Pendidikan Indonesia Ki hajar Dewantara "Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah" ini menunjukkan bahwasannya Ilmu Pengetahuan itu tidak hanya pada di ruang kelas, namun terletak pada objek yang kita amati dan kita pelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H