Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengemudi Becak Malioboro, dari Wajib Kenakan Batik, Kasus "Nuthuk", hingga "Tradisi Selasa Wagen"

23 Juni 2024   12:07 Diperbarui: 24 Juni 2024   05:45 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakde Sunaryo | Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Pakde Sunaryo | Sumber: dokumentasi pribadi penulis

Sunaryo mengenakan batik yang dipadu padankan dengan jaket dan topi ketika bertemu pada Kamis, 20 Juni 2024. Sunaryo bercerita mengenai dirinya yang lupa hari sehingga menggunakan batik, "Hari ini tak pikir hari Jumat, saya lupa. Pakde baru inget pas udah sampai sini, jebul Jumat ijeh sesok, ya gapapa besok pakai batik yang lain lagi. Sekarang kan udah dipakai, wong batik ki nyaman lan apik." Menurut Sunaryo batik nyaman digunakan dan terlihat bagus.

Becak Malioboro memiliki penanda yang membedakan dengan becak lain di luar. Berupa bendera hijau yang di dapat dari pendaftaran pada Paguyuban Becak Malioboro Yogyakarta (PBMY) sehingga terdapat juga pembagian wilayah Malioboro  untuk "mangkal" becak. Pakde Sunaryo sendiri mendapat bagian wilayah sekitar Ramai Mall Malioboro. 

Becak saat ini lebih banyak yang independen kepemilikan sendiri berbeda dengan dahulu yang menggunakan sistim "juragan".

Penanda Becak Malioboro | Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Penanda Becak Malioboro | Sumber: dokumentasi pribadi penulis

Bendera PBMY | Sumber: dokumentasi pribadi penulis 
Bendera PBMY | Sumber: dokumentasi pribadi penulis 

Pakde Sunaryo, warga asli Yogyakarta yang bertempat tinggal di Giwangan dekat stasiun berjarak tempuh dengan estimasi 20 menit menuju Malioboro. Setiap hari, Pakde Sunaryo menghabiskan bensin 1 liter untuk pulang pergi dan mengantar penumpang. Penghasilan yang didapat tidak menentu sekitar 50.000-250.000 per hari.

Pakde Sunaryo menjelaskan jika saat ini becak mengalami persaingan dengan kendaraan beraplikasi online yang mematok harga relatif lebih murah hingga dianggap tidak masuk akal. Namun begitu, Pakde Sunaryo yang telah berusia 58 tahun tetap menekuni profesi tersebut.

"Itung-itung timbang cuman nganggur diem aja di rumah, mending habisin sisa hidup dengan kegiatan positif ngebecak. Pakde ini sudah tua, mau ke mana lagi kalau bentar lagi juga mati, umur pakde 58 tahun 2 tahun lagi 60,  kan gak ada yang sampai 100 tahun to. Kalau gak becak apalagi, tenaga sudah mulai lemah. Kalau becak tiap setengah jam bisa istirahat. Jadi ringan, karena banyak istirahatnya," jelas Sunaryo.

Pakde Sunaryo menjelaskan jika memang pernah ada kasus "Nuthuk" atau mematok harga dengan tarif mahal dan tidak seharusnya yang terjadi di Malioboro baik itu dari pedagang, tukang parkir ataupun ongkos becak, namun hanya dilakukan oleh oknum  bukan keseluruhan pekerja Malioboro. Apabila becak yang sudah masuk PBMY tidak diperbolehkan melakukan tersebut kareana biasanya tarif sudah ada patokan antara yang dibuat dan disepakati bersama jadi harganya pasti serupa satu sama lain.

Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Sumber: dokumentasi pribadi penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun