Malioboro memiliki beragam penawaran untuk wisata, mulai dari berbelanja mencari oleh-oleh, mengisi perut dengan berbagai variasi menu kuliner dengan makanan khas yakni gudeg, hiburan seperti rumah hantu dan live music di beberapa titik, mempelajari sejarah lewat museum terdekat contohnya Benteng Vredeburg, hingga merasakan sensasi berkeliling dengan bermacam-macam pilihan transportasi yang tersedia.
Transportasi di Malioboro ada dua jenis yaitu modern dan tradisional. Transportasi modern misalnya TJ atau Trans Jogja yang dapat mengantarkan hingga ke Ambarketawang, Gamping sesuai dengan jalur rute. Sedangkan untuk transportasi tradisional, terdapat delman atau andong serta becak.
Becak, transportasi tradisional menggunakan sepeda yang kini telah bertransformasi menggunakan motor. Becak yang mulanya menggunakan tenaga manusia karena digerakkan dengan mengayuh dianggap tidak manusiawi.Â
Awal mula kedatangan becak di Indonesia pada akhir 1930an masa penjajahan, dibawa oleh seorang pedagang sepeda dari Jepang bernama Seiko-san yang tinggal di Makasar. Becak masuk ke Indonesia lewat Makasar menuju Batavia dari Singapura dan Hongkong. Penjelasan ini terdapat pada Koran Jawa Shinbun pada 20 Januari tahun terbit 1937.
Adanya becak di Malioboro menjelaskan jika transportasi tradisional ini masih terlestari.Â
Terdapat hal yang berbeda dengan pengemudi becak di Malioboro yaitu penggunaan batik. Pemakaian batik ini rupanya terkait dengan peraturan daerah tentang pekerja di area Malioboro yang setiap Jumat wajib memakai batik sebagai bentuk pelestarian budaya.Â
Batik yang digunakan dapat berupa seragam sesuai dengan kelompok pekerjaan masing masing atau bebas berdasarkan kepemilikan pribadi. Apabila tidak mengenakan batik, pekerja yang termasuk pengemudi becak Malioboro akan ditindak tegas oleh petugas dengan dipulangkan tidak boleh beroperasi.
Sunaryo yang kerap disapa Pakde, seorang pengemudi becak yang sudah bekerja selama 18 tahun. Sejak gempa Bantul 2006, Sunaryo telah menjadi pengemudi becak.Â
Mulanya, Sunaryo adalah TKI yang bekerja di Brunei Darussalam selama 8 tahun. Kemudian pulang ke Indonesia untuk memperpanjang visa, akan tetapi terdapat alasan pribadi yang membuat Sunaryo berubah pikiran dan memutuskan untuk tetap di Indonesia dan tidak kembali ke Brunei Darussalam. Dari sini, Sunaryo mencari pekerjaan hingga memutuskan menjadi pengemudi becak Malioboro.